Bisnis.com, JAKARTA - Pendiri Lippo Group Mochtar Riady sempat berdiskusi dengan pendiri Alibaba Group Jack Ma dan mengatakan ada 2 hal yang harus disampaikan tetapi tidak pernah disampaikan oleh konglomerat asal China tersebut.
Hal tersebut tentu saja berkaitan dengan bisnis yang dijalankan oleh Jack Ma melalui Alibaba Group serta dampaknya bagi kehidupan masyarakat pada umumnya, terutama dalam kaitannya dengan pengentasan kemiskinan.
Di desa, lanjutnya, ada 4 alasan kemiskinan; pertama, kaum petani menjual hasil bumi via pengijon dengan harga murah; kedua, petani membeli kebutuhan sehari-hari dengan harga lebih mahal; ketiga, buruknya fasilitas kesehatan; dan keempat, kurangnya tenaga pendidik.
Menurut Mochtar, dengan kehadiran Alibaba Group sebagai marketplace, orang-orang yang tinggal di desa dimungkinkan untuk menjual hasil bumi dengan harga yang pantas, serta membeli kebutuhan sehari-hari dengan harga lebih murah.
"Saya bilang ke Jack Ma, Anda punya jasa luar biasa terkait dengan hal tersebut, sehingga seharusnya itu Anda mention," ujar Mochtar pada saat menyampaikan pidato pembuka acara Indonesia Digital Conference (IDC) di Jakarta, Kamis (28/11/2019).
Hal kedua yang dibicarakan Mochtar Riady dengan Jack Ma adalah terkait dengan masalah peredaran uang.
Dalam pidatonya, Mochtar merunut sejarah singkat peredaran uang sejak 4.000 tahun silam, mulai dari penemuan alat pembayaran menggunakan kerang di China, penemuan teknologi smelting sehingga ditemukan alat pembayaran menggunakan kertas, sampai dengan berkuasanya dolar Amerika Serikat setelah menggantikan poundsterling pasca Eropa collapse akibat Perang Dunia II.
"Karena itu orang Amerika bisa membangun teknologi. Dengan itu, saya sharing dengan Jack Ma, bahwa secara tidak sadar Anda telah mengendalikan peredaran uang di China dengan e-payment. Dan e-payment jauh lebih penting dari Alibaba," ungkap Riady.
Pria berusia 90 tahun tersebut juga mengajak masyarakat di Tanah Air untuk tidak merasa minder pada era digital di mana setiap orang harus teliti dalam menggunakan teknologi, serta belajar dari pengalaman negara dan figur-figur yang memulai bisnis dari ukuran terkecil.
"Pada 1995, Tiongkok jauh lebih miskin dari Indonesia. Pada saat itu, Tiongkok tidak punya 1 km highway pun dan semua jalan rusak. Tetapi setelah 20 tahun, Tiongkok mampu bangkit dari tidak ada menjadi negara terkuat kedua di dunia. Jack Ma mulai dengan 3 orang, Bill Gates mulai di garasi, semua perusahaan besar mulai dari kecil, bukan langsung menjadi besar. Saya mengajak semua orang di Indonesia agar tidak minder," ujarnya.