Telkomtelstra Perkenalkan Layanan Pemulihan Data Pascabencana Berbasis Hybrid Cloud

Leo Dwi Jatmiko
Jumat, 22 November 2019 | 10:10 WIB
Ilustrasi/Canadian Cloud Backup
Ilustrasi/Canadian Cloud Backup
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Telkomtelstra, perusahaan patungan antara PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. dengan Telstra Corporation, mengembangkan layanan produk komputasi awan hibrida dengan menawarkan layanan manajemen pemulihan data pascabencana atau disaster recovery service.

Dengan produk baru ini, pelanggan tidak perlu lagi investasi dengan membangun pangkalan data baru yang dapat membuat pengeluaran perusahaan membengkak. Pelanggan dapat menggunakan sistem cadangan atau redundant system yang ditawarkan oleh Telkomtelstra.

Biaya penggunaannya pun hanya dihitung berdasarkan lama pemakaian atau selama proses perbaikan sistem pusat, ketika sistem tersebut mengalami kerusakan. Ketika layanan ini tidak digunakan, maka korporasi tidak perlu membayar layanan.  

Chief of Product & Service Officer Agus F. Abdillah mengatakan sistem yang terdapat di layanan tersebut akan langsung melindungi data dan operasional ketika terjadi kerusakan pada data pusat, sehingga operasional korporasi tidak tergganngu.

Agus mengatakan dengan memanfaatkan solusi ini, korporasi telah melakukan efisiensi sebab mereka tidak harus mengeluarkan uang belanja modal untuk membangun pangkalan data,  korporasi cukup membayar berdasarkan penggunaan kapasitas dan ketika tidak menggunakan layanan baru Telkomtelstra tersebut, korporasi hanya dibebankan biaya penyimpanan data atau storage.

“Kalau misalnya dia membangun sendiri, maka harus membayar dua data center berserta operasionalnya. Itu sudah investasi dipakai atau tida. Kalau seperti ini [beli layanan] tidak investasi,” kata Agus kepada Bisnis.com, Kamis (21/11/2019).

Agus menambahkan untuk menggunakan pelayanan ini, korporasi harus menyerahkan data mereka secara periodik untuk disimpan, sehingga ketika terjadi  gangguan, sistem cadangan langsung beroperasi dengan mengakses semua data.

Agus memperkirakan dengan menggunakan metode ini, korporasi dapat menghemat biaya operasional pangkalan data sebesar 50%.

“Logikanya kalau dahulu dia bangun dua perusahaan data center, sekarang hanya satu, jadi minimal 50% menghemat biaya mereka,” kata Agus.  

Saat ini Telkomtelstra telah memiliki dua infrastruktu komputasi awan yang terletak di Sentul dan Serpong. Rencananya, Telkomtelstra akan membangu satu infrastruktur komputasi awan tambahan pada tahun depan, antara di Surabaya atau di Kalimantan.

CEO Telkomtelstra, Erik Meijer mengatakan bahwa layanan pemulihan pascakebencanaan ini,  Telkomtelstra dapat mendukung pengelolaan proses perlindungan dan pemulihan data dari bencana, dan membantu meminimalkan risiko kehilangan data berharga di ekosistem komputasi awan manapun, sehingga pelanggan dapat fokus pada bisnis inti

Dia mengatakan sebagian besar organisasi IT menyadari perlunya solusi pemulihan kebencanaan yang efektif di lingkungan komputasi awan untuk meminimalkan waktu redup atau downtime, mempertahankan kepatuhan, dan menjaga reputasi ketika terjadi gangguan.

“Telkomtelstra mengelola layanan pemulihan kebencanaan sehingga dapat menghilangkan beban manajemen pemulihan bencana secara utuh dalam ekosistem komputasi awan," kata Erik.

Erik menjelaskan selain mengeluarkan produk yang menarik, untuk mendorong bisnis komputasi awan, perseroan juga menawarkan sumber daya khusus kepada pelanggan korporasi untuk membantu migrasi data pelanggan ke komputasi awan dan mengoperasikannya.

Dia berpendapat bahwa selama ini banyak pelanggan yang ingin bermigrasi ke komputasi awan, namun tidak memiliki sumber daya manusia yang mumpuni untuk mengelola hal tersebut.

Di samping itu, dia juga mengatakan bahwa Telkomtelstra yang memiliki data center di Indonesia, menjadi kelebihan layanan Telkomtelstra dibandingkan dengan yang lain, sebab makin dekat dengan pelanggan maka pelayanan yang diberikan makin cepat.

“Kami sudah membangun hybrid komputasi awan sejak dua tahun lalu, meski kami memakai Microsoft, namun data pelanggan ada di Indonesia,” kata Erik.

Adapun mengenai harga yang ditawarkan kepada pelanggan, menurutnya, antara harga layanan Telkomtelstra dengan yang di luar negeri, tidak jauh berbeda.

Sementara itu, Senior Research Manager for Consulting and Heads of Operations at IDC Indonesia, Mevira Munindra mengatakan bahwa untuk bertransformasi ke digital,  termasuk menggunakan komputasi awan, korporasi terhambat oleh beberapa hal.

Berdasarkan survei IDC, disebutkan bahwa  Sekitar 70% responden menilai peta jalan strategis untuk investasi digital merupakan tantangan utama dalam transformasi digital. 

Kemudian pengembangan kemampuan dan keterampilan digital menjadi tantangan berikutnya, sebanyak 65% responden menjawab seperti itu. 

Dua tantangan terakhir, adalah membangun struktur organisasi yang tepat (65%), dan menemukan key performance indicators (KPI) untuk mengukur kesuksesan digital (45%). 

Oleh karena itu, lanjut dia, selain membangun peta jalan strategis dan membangun struktur organisasi yang tepat, menciptakan KPI digital dinilai sebagai prioritas baru bagi perusahaan Indonesia untuk bertransformasi ke digital, sehingga untuk menstimulus sebuah perusahaan beralih ke digital tidak hanya merujuk pada pendapatan dari investasi yang digelontorkan, namun manfaat yang diterima. 

“Pada 2023, 80% entitas di Asia Pasifik akan menggabungkan KPI digital baru, yang berfokus pada tingkat inovasi produk/layanan, kapitalisasi data, dan pengalaman karyawan  untuk menavigasi ekonomi digital," kata Mevira

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper