Bisnis.com, JAKARTA - Pola pikir penggunaan teknologi untuk efisiensi dan efektivitas dalam bekerja menjadi poin terpenting yang harus dimiliki korporasi untuk berivestasi di teknologi.
Dalam acara Telkomtelsra Digital Summit (TDS) 2019, disebutkan bahwa untuk transformasi digital, korporasi perlu berinvestasi tambahan di sektor teknologi, sayangnya beberapa korporasi memilih mundur atau tidak berinvestasi sama sekali di teknologi disebabkan pertumbuhan pendapatan dari investasi teknologi tidak sesuai ekspektasi.
CEO Telkomtelstra, Erik Meijer mengakui bahwa tidak mudah menentukan pengembalian investasi (return on investment/Rol) untuk pengeluaran teknologi, karena ini merupakan proses kompleks yang tergantung pada persyaratan bisnis tertentu.
Meski demikian, sambungnya, menerjemahkan teknologi ke dalam nilai bisnis dapat membantu perusahaan menentukan metrik untuk mengukur ROI organisasi berdasarkan kriteria tertentu.
“Misalnya mengidentifikasi nilai pemilihan teknologi untuk produktivitas bisnis, menimbang hubungan antara legasi teknologi yang ada dengan inovasi yang dilakukan, serta memilih penyedia layanan pengelola yang sesuai untuk manajemen biaya operasional yang lebih baik," kata Erik di Jakarta, Kamis (21/11/2019).
Dia menambahkan Telkomtelstra dapat membantu organisasi bekerja lebih baik dan mempercepat produktivitas untuk memperoleh hasil yang lebih besar atau sama dengan sumber daya investasi.
"Ini adalah faktor kunci dalam kesuksesan digital transformasi," tuturnya.
Sementara itu, Senior Research Manager for Consulting and Heads of Operations at IDC Indonesia, Mevira Munindra mengatakan transformasi digital adalah sebuah perjalanan transformasi bisnis berbasiskan data.
IDC memperkirakan pada 2022, 50% perusahaan di Indonesia akan membentuk digital-native platforms dengan komputasi awan, Big Data & Analytic sebagai teknologi utama untuk bisa bertahan dan berkompetisi di pasar ekonomi digital.
Seiring pesatnya perkembangan transformasi digital, menurut dia, terdapat empat tantangan utama yang perlu diperhatian di Indonesia.
Berdasarkan survei IDC, Sekitar 70% responden menilai peta jalan strategis untuk investasi digital merupakan tantangan utama dalam transformasi digital.
Kemudian pengembangan kemampuan dan keterampilan digital menjadi tantangan berikutnya, sebanyak 65% responden menjawab seperti itu.
Dua tantangan terakhir, adalah membangun struktur organisasi yang tepat (65%), dan menemukan key performance indicators (KPI) untuk mengukur kesuksesan digital (45%).
Karena itu, lanjut dia, selain membangun peta jalan strategis dan membangun struktur organisasi yang tepat, menciptakan KPI digital dinilai sebagai prioritas baru bagi perusahaan Indonesia.
“Pada 2023, 80% entitas di Asia Pasifik akan menggabungkan KPI digital baru--yang berfokus pada tingkat inovasi produk/layanan, kapitalisasi data, dan pengalaman karyawan- untuk menavigasi ekonomi digital," kata Mevira