Operator Dinilai Tebang Pilih Bangun Jaringan 4G

Leo Dwi Jatmiko
Kamis, 14 November 2019 | 16:55 WIB
Teknisi melakukan perbaikan Base Tranceiver Station (BTS) milik salah satu operator selular di Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (12/4/2019)./Bisnis-Paulus Tandi Bone
Teknisi melakukan perbaikan Base Tranceiver Station (BTS) milik salah satu operator selular di Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (12/4/2019)./Bisnis-Paulus Tandi Bone
Bagikan

Bisnis.com, BADUNG – OpenSignal, sebuah perusahaan swasta yang mengkhususkan diri dalam pemetaan cakupan nirkabel, menyampaikan bahwa wilayah pedesaan miskin jaringan 4G. Operator cenderung mengincar pembangunan jaringan di daerah dengan penduduk padat karena menguntungkan secara komersial.

Peneliti OpenSignal, Hardik Khatri mengatakan bahwa meskipun sejumlah pihak mengklaim jaringan 4G telah berada hampir di seluruh Indonesia, namun faktanya ada kesenjangan konektivitas antara daerah pedesaan yang jarang penduduk dan perkotaan dengan penduduk padat.

Dia mengatakan bahwa OpenSignal telah melalukan analisis ketersediaan 4G, dengan mengukur pengguna yang terhubung ke 4G di seluruh Indonesia.

OpenSignal menggunakan data sensus dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia untuk mengklasifikasikan kabupaten dan kota ke dalam lima kategori berbeda berdasarkan populasi di kota/kabupaten tersebut.

Kategori pertama yaitu 1 - 50 orang per km2,  kategori kedua 50 - 100 orang per km2, kategori ketiga, 100 hingga 300 orang per km2, kategori keempat 300 - 1000 orang per km2, dan kategori lebih dari 1000 orang per km2.

“Kami menemukan bahwa sebanyak 89,7% pengguna kami di daerah berpenduduk padat kategori 5 dapat terhubung ke layanan 4G, di daerah berpenduduk paling jarang atau kategori 1 yang dapat menikmati sinyal 4G hanya 76%, terdapat selisih 13 poin persentase,” kata Khatiri dalam laporan yang diterima oleh Bisnis.

Adapun ketika OpenSignal memeriksa waktu yang dihabiskan pengguna yang terhubung ke semua jaringan data seluler (layanan 3G dan 4G), perbedaan ini berkurang.

Untuk daerah dengan kepadatan penduduk rendah ketersediaan 3G / 4G persentasenya naik 10 poin  menjadi 86%, adapun untuk daerah dengan penduduk padat meningkat menjadi 96,3%.

Khatiri mengatakan untuk menutup celah ini, tidak hanya bergantung pada peralatan teknis yang dibangun oleh operator, namun juga kondisi ekonomi.

Dia mengatakan bahwa daerah padat penduduk memiliki jaringan yang lebih bagus karena menguntungkan secara komersial bagi operator, sehingga mereka berlomba untuk menggunakan dan meningkatkan jaringan di daerah perkotaan yang padat terlebih dahulu.

Tren tebang pilih bangun jaringan ini, lanjutnya, juga terjadi di negara tetangga. Kesenjangan digital perkotaan-pedesaan dalam ketersediaan 4G melebar hingga 14 poin persentase di Filipina dan meningkat lebih dari tiga kali lipat menjadi hampir 40 poin di Malaysia.

“Kesenjangan dalam Ketersediaan 3G / 4G mendekati lebih dari dua kali lipat di kedua negara, menempatkan pengguna kami di Indonesia pada posisi yang lebih kuat,” kata Khatiri.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Akhirul Anwar
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper