Startup Lokal Indonesia Kuasai Pasar, tetapi Tertinggal dalam Hal Teknologi

Leo Dwi Jatmiko
Kamis, 17 Oktober 2019 | 16:29 WIB
Ilustrasi/Istimewa
Ilustrasi/Istimewa
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – GK-Plug and Play Indonesia menilai perusahaan rintisan atau startup dalam negeri lebih memahami masalah di Indonesia, sehingga solusi yang diberikan dapat diimplementasikan.  

Diketahui GK-Plug and Play baru saja  mengumumkan 18 perusahaan rintisan atau startup yang lulus dari batch kelima dari program EXPO 5.0: Leading Through Innovation.  Sebanyak 18 startup tersebut telah berhasil menyelesaikan program akselerator selama 3 bulan. Startup batch ini terdiri dari 9 perusahaan rintisan lokal dan 9 internasional. 

Adapun, 9 startup lokal yang lulus bergerak di berbagai bidang seperti industri pertanian dan  pengembangan desa, Kecerdasan buatan, dagang El, perencanaan keuangan, peminjaman dana dan lain-lain. 

Nama 9 startup lokal yang lulus program batch kelima adalah Likuid, Moduit, AltoShift, Crewdible, Mapid, HaloBro, Griin, Neurafarm dan 8Villages. 

Kemudian, untuk 9 startup internasional yang lulus program akselarator ini, bergerak di bidang peminjaman, keamanan data, data sains, kecerdasan buatan, insurtech dan lain-lain. 

Nama-nama 9 startup internasional tersebut antara lain, CredoLab (Singapura), Pod (Malaysia), OpenLegacy (Amerika Serikat), Hearti (Singapura), Aida (Singapura), Silot (Singapura), Shift Technology (Perancis), Playbasis (Thailand), dan Data Republic (Singapura).

Managing Partner GK-Plug and Play Indonesia Wesley Harjono menjelaskan dalam menentukan peserta yang lulus program, perseroan membedakan kriteria antara perusahaan lokal dan internasional.

Dia mengatakan startup lokal yang lulus umumnya menawarkan solusi yang dekat dengan kebutuhan masyarakat Indonesia. Dia menambahkan startup lokal memiliki kelebihan memahami pasar dan solusi yang dibutuhkan di Indonesia.    

Misalnya, solusi pengantaran dan dagang el, yang mempermudah petani untuk bertemu langsung dengan pembeli sehingga memangkas rantai distribusi. 

“Misalnya pada batch 1 kami investasi untuk sayur box, canggih tidak? Tidak, tetapi kan itu dibutuhkan karena dapat mensejahterahkan petani dan memotong rantai tengkulak,” kata Wesley di Jakarta, Kamis (17/10/2019).

Adapun, perusahaan rintisan internasional yang lulus, mayoritas memberikan solusi berbasis teknologi. Wesley mengakui bahwa ekosistem dan teknologi startup di luar lebih matang dibandingkan dengan Indonesia, berkat dukungan yang diberikan oleh pemerintah pada masing-masing negara. 

Di samping itu, dari sisi sumber daya manusia, menurut Wesley, starup luar negeri juga memiliki talenta yang lebih matang dibandingkan dengan di Indonesia yang sat ini masih dalam tahap berkembang. 

Meski demikian, dia pun optimistis bahwa dalam 5 tahun ke depan startup Indoensia makin matang seiring dengan upaya pemerintah yang serius dalam membangun sumber daya manusia ke depan. 

“Kami sebagai akselerator juga bertemu banyak startup yang mempunyai kesulitan dalam mencari SDM yang mumpuni, yang dapat mendukung pertumbuhan perusahaan, apalagi berbasis teknologi,” kata Wesley.   

Selama 2 tahun beroperasi di Indonesia, GK-Plug and Play Indonesia telah menggelar 5 batch dengan melibatkan 71 startup. Sekitar 70% dari perusahaan startup yang terlibat dalam program akselator merupakan perusahaan yang telah matang, sedangkan 30% sisanya adalah tahap awal. 

Wesley menjalaskan alasan perseroan lebih banyak melibatkan pemain yang telah matang karena permintaan dari industri yang menginginkan solusi yang siap pakai.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper