1Salah Satu Kunci Kami Adalah Kolaborasi
Apa yang membuat users Tanam Duit relatif banyak, padahal baru 2 tahun beroperasi?
Salah satu kunci kami adalah kolaborasi. Sekarang kami kolaborasi dengan e-commerce, dalam hal ini adalah Bukalapak yang mempunyai customer banyak. Sebelumnya, Bukalapak punya agen penjual yang lain. Mudah-mudahan hanya dua, supaya customer enggak pusing.
Kami juga kolaborasi dengan peer-to-peer lending. Lenders ini punya duit lebih. Kalau borrowers belum ketemu 'lawannya', likuiditasnya berlebih. Kami ajak firm-nya, penyelenggaranya, si peer-to-peer-nya kerja sama. Tim IT kami ngobrol, nanti mereka bisa taruh di reksadana pasar uang kami.
Kami melihat kerja sama seperti ini justru mengonfirmasi ekonomi berbagi. Tak mungkin kami besar sendirian. Membesarkan dari menarik klien, direct customers, itu butuh effort luar biasa besar. Kami juga ada beberapa peer-to-peer yang ada dalam pipeline kami.
Kami juga sudah fund raising. Sama banking, kami juga kerja sama, terutama untuk SBR. Mereka yang belum jadi mitra DJPPR , mereka bisa jadi submitra distribusi kami, outlet kami.
Jadi, ke depan kami akan ada banyak kerja sama, termasuk dengan Wallet sehingga orang bisa beli reksadana atau produk lainnya, termasuk asuransi Wallet. Kami juga ada kerja sama dengan LinkAja. Di pipeline kami ada Go-pay dan Dana. Mungkin setelah itu dengan Ovo.
Ke depan, keragaman produk juga penting karena setiap orang kami perhatikan punya ragam pilihan yang banyak, termasuk yang sifatnya lebih tradisional.
Kalau dalam konteks pembayaran, sejauh mana proggresnya?
Kami sekarang ini baru pindah ke mobile banking. Setelah itu mereka transaksi di situ. Setelah confirmed, mereka upload. Namun, ini akan kami integrasikan. Kami sedang proses kerja sama dengan Go-Pay dan Dana. Menyusul nanti ada virtual account dari BCA dan Mandiri. Nanti nasabah transfer langsung, enggak perlu ada bukti transfer. Jadi lebih seamless secara proses.
Kalau di bank, kami belum bisa bikin akses itu otomatis. Jadi, kami sedang coba bagaimana caranya orang berinvestasi, tapi otomatis. Misalnya setiap habis gajian, mereka langsung berinvestasi, autodebet jadinya. Edukasi kami ingin mengajarkan kepada orang-orang untuk rutin berinvestasi.
Jadi, memang mulai dari Rp10.000, Rp50.000, Rp100.000. Segmennya milenial kalau untuk yang number of customers. Tapi kami juga melayani nasabah prioritas. Ada divisinya sendiri. Itu yang bunyinya sudah miliaran. Itu untuk mengejar dana kelolaan agar cepat tumbuh. Sebab kalau yang dari ritel saja, kalau Rp100.000, Rp200.000, effort-nya besar.
Hal apa yang masih menjadi tantangan ke depan?
Nama reksadana buat orang awam menjadi susah dipahami. Kalau kami bicara mengenai definisi reksadana, selalu yang keluar adalah definisi yang baku dari Otoritas Jasa Keuangan. Namun, terakhir-terakhir ini kalau kami ikut diskusi, sebetulnya mulai banyak anak milenial sudah bisa mengilustrasikan reksadana itu dengan terminologi atau penjelasan yang lebih singkat.
Lalu kenapa reksadana tidak bertumbuh dengan cepat meskipun dulu juga pernah ada edukasi?
Salah satunya karena eksekusinya. Kami itu dulu develop aplikasi untuk pembelian reksadana hampir semua bank di Indonesia. Namun, bank jualannya lebih ke priority customer. Kalau ada customer baru dan ingin berinvestasi Rp100.000—Rp500.000, beberapa CS bank mungkin sedikit malas untuk meladeninya dengan isi formulir yang cukup banyak. Itu salah satu kendalanya.
Mungkin, saya pun sebagai investor muda, besoknya mau datang, hanya untuk investasi Rp100.000, itu kan agak malu. Kalau sekarang mungkin kami edukasi dan terus ada eksekusinya itu lebih langsung.