Bisnis.com, JAKARTA – Penggunaan frekuensi millimeter wave 28 GHz terbilang berat di Indonesia, akibat kondisi cuaca di tanah air.
Direktur Penataan Sumber Daya, Ditjen SDPPI, DennySetiawan mengatakan frekuensi 28 GHz memiliki cakupan yang relatif kecil dan rentan terhadap gangguan.
Dia menuturkan bahwa cakupan diberikan hanya berkisar 300 meter untuk kawasan terbuka, adapun jika BTS diletakan di dalam ruangan tertutup, cakupannya hanya sekitar 70 meter.
Angka ini sangat kecil dibandingkan dengan luas pabrik yang mencapai 20 hektare. Dalam uji coba kali kemarin, Smartfren mengaku hanya menggunakan satu BTS.
“Tantangannya memang radiusnya kecil,” kata Denny, Senin (19/8/2019).
Sementara itu, Solution Manager ZTE, Subiyanto menambahkan cakupan 300 meter di ruang terbuka dapat dinikmati oleh pabrik Sinar Mas jika cuaca dalam kondisi panas atau tidak hujan. Adapun jika kondisi cuaca hujan atau badai, kualitas jaringan akan berkurang.
Dia menambahkan secara global, 5G telah digunakan di tiga frekuensi dasar, yaitu di atas 1 GHz dengan frekuensi idealnya 700 MHz untuk cakupan besar, kemudian dari 1 Ghz – 6 GHz dengan frekuensi emas berada di 2,6 GHz dan 3,5 GHz, selanjutnya millimeter wave yang memiliki cakupan pendek ratusan meter.
“Milimeter wave cocoknya untuk komunikasi masif dan kegiatan di dalam ruangan dengan kapasitas besar,” kata Subiyanto.
Kemudian, Direktur Jenderal (Dirjen) Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Ismail mengatakan bahwa sebagian frekuensi dari 28 GHz digunakan oleh extended c dari satelit. Uji coba dilakukan juga untuk mengukur dampak dari pemanfaatan bersama di band frekuensi tersebut.
Dia mengatakan sebagai negara kepulauan pemanfaatan satelit merupakan hal yang krusial bagi Indonesia.
“Uji coba ini juga untuk melihat bagaimana efek di lapangan dari penggunaan bersama. Mudah-mudahan dari sini dapat ditemukan solusi efek dari penggunaan bersama,” kata Ismail.
Sebelumnya, PT Smartfren Telecom Tbk beserta ZTE, perusahaan penyedia solusi jaringan telekomunikasi, dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menggelar uji coba teknologi 5G di pabrik produsen minyak goreng di jalur logistik pengiriman barang PT. Sinarmas Agro Resources and Technology Tbk (PT. SMART, Tbk.)
Uji coba dilakukan dengan mengukur kecepatan jaringan yang dihasilkan oleh 5G, simulasi kamera panoramic 360 dan penerbangan kapal tanpa awak atau drone, yang terkoneksi dengan 5G. Uji coba dilakukan dalam rentan waktu 6 – 12 bulan.
Uji coba menggunakan frekuensi millimeter wave, yaitu 28 GHz. Hasilnya, kecepatan maksimal (peak throughput) uji coba tersebut tersebut mencapai 8,7 Gbps. Kecepatan besar dan latensi rendah yang dihasilkan dari uji coba membantu dalam mengoperasikan kamera 360 yang terdapat di sejumlah titik di pabrik yang seluas 20,8 Hektare.
Kamera berfungsi untuk mengawasi kondisi pabrik dari jarak jauh, kemudian jika ditemukan suatu kesalahan, dengan latensi yang rendah drone akan diterbangkan dan dikendalikan dari jarak jauh secara real-time untuk melihat kerusakan, sehingga memangkas waktu dan keselamatan kerja lebih terjamin karena pengontrolan pabrik dapat dilakukan dari jarak jauh.