Bisnis.com, JAKARTA —Produsen ponsel pintar terbesar ketiga di Indonesia, Xiaomi, telah berhati-hati dalam mengambil langkah bisnis pada kuartal II/2019 meski mencatatkan penurunan angka penjualan yang cukup signifikan.
Seperti diketahui, laporan terbaru Canalys mengungkapkan vendor ponsel yang telah melantai di Bursa Efek Hong Kong tersebut mencatatkan penurunan angka penjualan sebanyak 9% year on year (YoY) pada kuartal II/2019.
General Manager of Southeast Asia, Country Head of Indonesia, Xiaomi, Steven Shi, mengatakan perusahaan melakukan penataaan model bisnis untuk guna meningkatkan efisiensi.
"Semua upaya terpadu ini bertujuan agar Xiaomi dapat terus menghadirkan berbagai produk dengan harga terjangkau," ujarnya kepada Bisnis.com, Kamis (15/8/2019).
Seperti diketahui, Xiaomi sempat mendongkrak pangsa pasarnya di Indonesia melalui penjualan produk-produk price-to-spec serta strategi penjualan daring.
Terkait dengan hal tersebut, Analyst Canalys, Matthew Xie, menilai efektivitas strategi tersebut tidak dapat bertahan lama karena kompetitor juga meluncurkan ponsel dengan harga yang kompetitif, serta melakukan upaya yang tidak kalah baiknya dalam memperluas jaringan penjualan daring.
"Di samping itu, pertumbuhan penjualan pesat Realme telah memberikan tekanan besar terhadap Xiaomi, di mana Realme saat ini merupakan vendor terbesar kelima di Indonesia," ujar Xie.
Sementara itu, laporan yang sama menyebutkan salah satu produsen ponsel pintar asal China, Oppo, berhasil menghentikan dominasi Samsung yang menguasai pangsa pasar Tanah Air selama 7 tahun terakhir.
Hasil survei Canalys menunjukkan bahwa volume pengiriman ponsel ke peritel (sell-in) merek Oppo adalah yang paling besar sepanjang kuartal II/2019.
Dari 11,4 juta unit ponsel pintar yang didistribusikan ke pasar pada kuartal II/2019, sebanyak 26% di antaranya adalah produk bermerek Oppo. Merek terbanyak kedua adalah Samsung (24%), diikuti oleh Xiaomi (19%), Vivo (15%), dan Realme (7%).