Benarkah Download Lewat Ponsel Premium Lebih Cepat?

Leo Dwi Jatmiko
Kamis, 8 Agustus 2019 | 16:34 WIB
Pengunjung mencoba produk terbaru Oppo Reno di sela-sela peluncurannya di Jakarta, Senin (17/6/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Pengunjung mencoba produk terbaru Oppo Reno di sela-sela peluncurannya di Jakarta, Senin (17/6/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Opensignal mengumumkan bahwa kecepatan download gawai kelas atas atau gawai premium di Indonesia hanya 1,7 kali lebih cepat dibandingkan dengan gawai kelas bawah.

Kondisi yang dicatatkan Indonesia setara dengan kondisi di beberapa negara seperti Jerman, Argentina, Swedia, Denmark, Pakistan dan lain-lain. 

Di Thailand, kecepatan download gawai kelas premium 4,3 kali lebih cepat dibandingkan dengan gawai kelas bawah. Sedangkan, gawai premium di Vietnam hanya 1,4 kali lebih cepat dibandingkan dengan gawai kelas bawah. 

Aryo Meidianto, PR Manager OPPO Indonesia, mengatakan teknologi membuat gawai di kelas premium lebih cepat dibandingkan dengan kelas lainnya. 

Kelas premium, kata Aryo, telah dilengkapi platform mesin yang lebih canggih. Misal, gawai dengan harga Rp10 jutaan, menggunakan model snapdragon 855, adapun gawai kelas menengah hanya menggunakan teknologi yang lebih rendah, karena lebih murah. 

Di samping itu, lanjutnya, gawai premium  juga memberikan fitur-fitur yang tidak dimiliki oleh kelas menengah dan bawah, sehingga jaringan seluler menjadi lebih baik. 

"Misalnya di gawai premium itu sudah ada 4G plus, LAA, volte, jadi ketika operator mengaktifkan teknologi tersebut, langsung terhubung," kata Aryo kepada Bisnis.com, Rabu (7/8/2019). 

Aryo menambahkan meski teknologi mempengaruhi kecepatan unggah dan unduh, namun jaringan milik operator seluler, juga memiliki pengaruh terhadap performa kecepatan internet di gawai. 

Aryo menduga salah satu alasan gawai kelas menengah kalah cepat dibandingkan dengan gawai kelas premium pada laporan Opensignal, karena penyebaran gawai kelas menengah dan bawah cenderung pada daerah rural atau pedesaan, mengingat harga gawai kelas menengah dan bawah lebih terjangkau oleh masyarakat desa.

Dia mengatakan dibandingkan dengan daerah perkotaan seperti Jakarta, kualitas jaringan di rural atau pelosok, kurang bagus. 

"Saya bisa memprediksi gawai premium ada di first layer city, yang di sana jaringannya jarang ngelag, sementara kelas menengah persebarannya di second layer atau last layer city," kata Aryo.

Sementara itu, Group Head Corporate Communication PT XL Axiata Tbk. Tri Wahyuningsih justru menilai bahwa spesifikasi ponsel pintar yang mempengaruhi kecepatan download. 

Dia mengatakan semakin tinggi spesifikasi, maka semakin baik kecepatan internetnya.  "Jaringan operator yang dibangun siap untuk digunakan oleh berbagai jenis gawai dengan spesifikasi yang beragam," kata Ayu. 

Senada, Deputy CEO Smatfren, Djoko Tata Ibrahim menilai bahwa yang membedakan kecepatan internet pada gawai premium dan nonpremium adalah teknologi seperti chip, clock speed, jumlah core, RAM dan desain antena. 

"Itulah beberapa sebab mengapa gawai premium mempunyai performa yang lebih tinggi dibandingkan dengan hape middle atau low," kata Djoko. 

Laporan Opensignal yang dikeluarkan pada Agustus 2019 juga menyebutkan bahwa kecepatan download gawai kelas tengah di Indonesia sebesar 9,7 Mbps atau hanya terpaut 1,7 Mbps dengan gawai kelas bawah yang sebesar 8,0 Mbps. Kondisi di Indonesia tidak jauh berbeda dengan beberapa negara Asia lainnya seperti India, Filipina, Bangladesh dan Pakistan. 

Aryo mengatakan bahwa saat ini teknologi yang digunakan oleh kelas menengah dan kelas bawah tidak jauh berbeda. Perbedaan keduanya hanya terdapat pada aksesoris seperti kamera dan baterai. 

"Tidak begitu signifikan perbedaan antara kelas menengah dan kelas paling bawah, jadi itu menyebabkan latensinya tidak terlalu tinggi karena prosesornya sam," kata Aryo. 

Sekadar catatan, Opensignal mengkategorikan kelas atas yaitu gawai dengan kategori LTE sebesar 16 keatas, kelas tengah yaitu gawai dengan kategori LTE berkisar 5-15 dan kelas bawah yaitu gawai dengan rentan 4 ke bawah. 

Penelitian Opensignal dilakukan pada periode 1 April—30 Juni 2019, dengan melibatkan 23,25 juta perangkat dan dilakukan sebanyak 117 miliar kali.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper