Bisnis.com, JAKARTA— Kamar Dagang dan Industri Indonesia berencana untuk menghubungkan pelaku usaha Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia dengan penyedia jasa logistik dan rantai pasok dunia dengan aplikasi super yang memanfaatkan teknologi blockchain.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Logistik dan Rantai Pasok Rico Rustombi menyatakan saat ini belum ada perusahaan logistik dan rantai pasok di Indonesia yang memanfaatkan teknologi blockchain.
Oleh karena itu, pihaknya bersama dengan Blockchain Asia Forum berinsiatif mendirikan Blockchain Center of Excellence and Education (BCEE) sebagai wadah edukasi dan sosialisasi teknologi blockchain kepada dunia usaha, khususnya UMKM.
Selanjutnya, pihaknya ingin menghubungkan pelaku UMKM dengan aplikasi super skala global yang tengah dikembangkan oleh World Logistic Council.
Aplikasi super yang dimaksud bernama Multi-Dimensional Digital Economy Application System (MDDEAS), yang dibentuk melalui program Asia Benchmark Trade Lane (BTL), dan akan menghubungkan seluruh produsen, penyedia jasa logistik, rantai pasok, dan finansial di kawasan Asia dalam satu platform.
Sejumlah perusahaan seperti Bukalapak dan Kresna Group telah menandatangani nota kesepahaman untuk terlibat dalam inisiatif tersebut.
“Kita ingin mencari cara bagaimana mengintegrasikan sistem logistik dan rantai pasok kita agar dapat terhubung ke superapps global. Nantinya UMKM yang ingin mengekspor produknya dapat memilih perusahaan jasa dari seluruh dunia,” ujarnya, Senin (29/7/2019).
Dia mencontohkan penerapan teknologi blockchain di Eropa yang dilakukan oleh IBM dan Maersk Group, perusahaan logistik asal Denmark, dapat menjadi contoh sukses penerapan teknologi blockchain dalam sistem logistik dan rantai pasok.
Kolaborasi kedua perusahaan dalam membentuk TradeLens, platform logistik digital yang memanfaatkan teknologi blockchain untuk menghubungkan penyedia jasa logistik dari 94 perusahaan yang terdiri dari operator pelabuhan dan terminal, hingga regulator bea cukai di Belanda, Saudi Arabia, Singapura, Australia dan Peru ini diklaim dapat menekan ongkos logistik hingga 16%.
“Cepat atau lambat kita harus mengadopsi blockchain. Tapi untuk itu kita harus melek dulu dengan teknologinya. Saat ini pelaku usaha kita masih berupaya memahami teknologi tersebut, belum masuk ke tahap penerapan,” ungkapnya.
Dia menambahkan, teknologi blockchain dapat dimanfaatkan untuk berbagai sektor. Tak hanya untuk sistem logistik dan rantai pasok, blockchain juga dapat dimanfaatkan untuk sektor lainnya seperti ritel, finansial, dan lainnya.
Vincent Choy, Chairman BCEE menyatakan langkah awal yang akan dilakukannya adalah menggandeng Singapore Management University untuk menyampaikan pelatihan. Selanjutnya, pihaknya akan membentuk platform dan aplikasi untuk menyampaikan materi pelajaran.
"Kami sangat senang berada di Indonesia. Tujuan BCEE ini adalah untuk memulai langkah penyebaran dan adopsi blockchain di Indonesia," ujarnya.
Lebih lanjut, dia menambahkan penerapan teknologi blockchain membutuhkan dukungan dari pemerintah selaku regulator. Oleh karena itu, pihaknya mengaku terbuka terhadap kesempatan dengan berbagai pemangku kepentingan untuk mendiskusikan penerapan blockchain di Indonesia.
Adapun dalam hari pertama penyelenggaraan Global Blockchain Investment Summit pada Senin (29/7), BCEE telah menandatangani nota kesepahaman dengan sejumlah perusahaan nasional dalam pengembangan blockchain. Sejumlah perusahaan tersebut antara lain PT Ckarang Inland Port, PT Dewata Freight International Tbk, PT Proteksi Usaha Indonesia, PT Ritel Global Solusi, Tokoin dan Sayurbox.