Bisnis.com, JAKARTA -- Pelaku bisnis dagang-el dan peritel daring di Tanah Air kini dihadapkan dengan potensi kerugian dengan nilai besar akibat friksi.
Studi terbaru Facebook dan Boston Consulting Group berjudul Zero Friction Future, menyebutkan baik dagang-el maupun peritel daring masing-masing berpotensi mengalami kerugian miliaran dolar akibat hambatan tersebut.
Laporan Facebook menyebutkan, industri dagang el berpotensi kehilangan US$1,858 miliar di fase menemukan, kemudian US$1,484 miliar di fase pembelian, dan US$1,043 miliar di fase setelah pembelian.
Sementara itu,industri ritel daring, berpotensi kehilangan US$1,221 miliar di fase menemukan, kemudian US$9.29 juta di fase pembelian, dan US$720 juta di fase setelah pembelian.
Di fase menemukan, konsumen dikatakan ingin menerima informasi yang jelas, ringkas, mudah ditemukan di seluruh saluran yang tersedia, dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan atau pun diinginkan.
Menanggapi masalah friksi di industri dagang el, Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia Ignatius Untung menilai potensi kehilangan pendapatan friksi terjadi bukan hanya karena adanya friksi yang bersifat agresif dan intrusif, tetapi juga berasal dari pengalaman konsumer yang kurang baik, seperti misalnya pegalaman tatap muka yang kurang sempurna dan koneksi internet.
Dia juga mengatakan, bahwa sangat mustahil menciptakan pengalaman berbelanja yang 100% bebas dari friksi, mengingat faktor yang berpengaruh terhadap terciptanya hambatan tersebut sangat besar, termasuk hal-hal yang tidak bisa dikontrol oleh penyedia platform dagang el, seperti misalnya koneksi internet.
"Belum lagi friksi yang datang dari dalam diri calon konsumen akibat distraksi yang muncul di benak konsumen dengan atau tanpa adanya pemicu dari user experience di platform. Dengan demikian, potensi kerugian akibat friksi akan tetap ada," ujarnya kepada Bisnis.com Kamis (18/7/2019).
Oleh karena itu, imbuhnya, konsumen tidak akan sepenuhnya sadar dan bisa mengartikulasikan dengan akurat apa sebenarnya itu friksi.