Smartfren Mengaku Tak Rugi Jual Data Rp2.000 per GB

Leo Dwi Jatmiko
Rabu, 22 Mei 2019 | 12:30 WIB
PT Smartfren Telecom Tbk. melakukan uji coba jaringan di terowongan MRT Jakarta Istora Mandiri. Selasa (9/4/2019). Hasilnya, untuk kecepatan unduh  mencapai 63,72 Mbps dan untuk unggah mencapai 4,88 Mbps.
PT Smartfren Telecom Tbk. melakukan uji coba jaringan di terowongan MRT Jakarta Istora Mandiri. Selasa (9/4/2019). Hasilnya, untuk kecepatan unduh mencapai 63,72 Mbps dan untuk unggah mencapai 4,88 Mbps.
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Pendapatan operator dari tiap MB layanan data operator terus merosot. PT Smartfren Telecom Tbk. menyatakan fenomena tersebut adalah dampak dari lonjakan jumlah pengguna data.

Riset Deutsche Bank menyatakan bahwa pendapatan data per MB atau yield data tiga operator seluler terus merosot dalam 3 tahun terakhir.

Pada kuartal IV/2015, yield data setiap operator di kisaran Rp44/MB sampai Rp36/MB. Angka tersebut turun drastis pada kuartal IV/2018 menjadi kisaran Rp10,5/MB sampai Rp5,2/MB.

Direktur Utama Smartfren Merza Fachys mengatakan bahwa penurunan yield data menandakan tingkat konsumsi data di masyarakat makin tinggi. Dia menampik argumen yang menyebut penurunan yield karena operator telekomunikasi jual rugi.

“Penurunan yield berarti masyarakat mengkonsumsi lebih banyak dari paket yang disediakan artinya itu positif karena orang makin gemar makan data,” kata Merza di Jakarta, Selasa (22/5/2019).

Dia mencontohkan dalam penjualan paket senilai Rp100.000 dengan data ditawarkan 30 GB. Jika pelanggan hanya memakai 2 GB dari total 30 GB, yield operator adalah Rp50.000. Makin besar tingkat konsumsi data pelanggan, yield yang dibukukan operator makin rendah.

Merza juga membantah bahwa Smartfren telah jual rugi lewat dengan menjual Rp2.000/GB. Dia mengatakan harga tersebut terdapat dalam satu paket seharga Rp60.000 dengan  total 30 GB yang belum tentu pelanggan menghabiskan seluruh kuota yang disediakan.

“Boleh beli 2 GB? Kan tidak boleh, belinya  harus 30 GB seharga Rp60.000, apakah habis itu 30 GB?,” kata Merza.

Dia menambahkan bahwa saat awal teknologi 3G diadopsi, pelanggan hanya menggunakan sekitar 1 GB— 2 GB dari total paket yang dimiliki sehingga yield yang dibukukan tinggi. Namun, seiring dengan masuknya teknologi 4G, tingkat konsumsi data masyarakat bertambah karena perubahan perilaku masyarakat yang gemar menonton video dengan pemakaian data cukup besar.

“Jadi yang biasa pakai 2 GB sekarang jadi 10 GB,” kata Merza.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper