Mengenal Kecanggihan Teknologi Italia

Mia Chitra Dinisari
Kamis, 11 April 2019 | 15:18 WIB
Teleskop/Mia Chitra
Teleskop/Mia Chitra
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Italia bukan hanya dikenal sebagai negara yang memiliki keindahan budaya dan seni bangunan tuanya. Namun Italia juga memiliki ilmu pengetahuan teknologi yang menonjol di dunia.

Duta Besar Italia untuk Indonesia Vittorio Sandalli mengatakan salah satu teknologi mereka yang mendunia adalah yang berkaitan dengan antariksa. 

Teknologi antariksa mereka memberikan pendapatan cukup besar pada negara. Bahkan, di Italia mulai banyak bermunculan startup yang berkaitan dengan antariksa

Karena itulah teknologi ditampilkan dalam pameran ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) untuk memperingati 70 tahun hubungan diplomatik dengan Indonesia, bulan lalu bertajuk Italy: The Beauty of Knowledge di Museum Nasional Jakarta.

Industri kedirgantaraan Italia merupakan salah satu yang paling maju di dunia dan telah berkontribusi terhadap 50 persen peralatan dengan volume bertekanan tinggi yang digunakan di Stasiun Antariksa Internasional. Instalasi IH2 Azzurra, tangan robotik dengan sistem sensor dan kontrol yang ditanam di telapak tangan dan jari-jari, mampu mereplikasi fungsi tangan sesungguhnya. 

Beberapa Instalasi teknologi antariksa yang ditampilkan dalam pameran tersebut merupakan sejarah ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki Italia hingga saat ini. Berikut hasil teknologi antariksa besutan Italia yang sudah dipakai di dunia

Teleskop

Galileo Galilie Firenze sekitar tahun 1611 membuat replika teleskop. Kemudian, setelah menyempurnakannya Galileo Galilie (1115-1641) meluncurkan sebuah cabang baru astronomi pengamatan dengan menggunakan teleskop mulai tahun 1608 tak lagi pengukuran posisi tetapi studi tentang sifat alam dari benda langit.

Cosmo Sky Med

Cosmo Sky Med adalah konstelasi 4 satelit X ban Synthetic aparture radar (SAR) yang mampu beroperasi setiap saat, baik siang maupun malam dan di kondisu apapun. Ini adalah program luar angkasa terbesar yang pernah dilakukan di Italia.

Sang peluncur vega

Kurator Carla Giusti mengatakan Sang Peluncur Vega memiliki ketinggian 30 meter dan diamater hanya 3 meter ini memiliki ketinggian setara dengan bangunan 10 lantai. Karena itulah peluncur Italia Vega ini disebut "si kecil" di keluarga roket Eropa.

Memang ia kecil tapi tidak kalah efektif. Akses ke ruang angkasa adalah salah satu persyaratan mendasar untuk pembangunan ekonomj suatu negara. Italia memiliku tradisi ilmu di industri yang panjang di sektor ini juga. Hasil dari kolaborasi ASI dan perusahaan AVIO yaitu sebagai peluncur vega roket pendorong satu-satunnya di dunia.
Italia mendanai 65% dari program pengembangan peluncuran vega dapat menjamin amses ruang angkasa yabg mandiri dan berbiaya rendah kepada eropa dengan membawa muatan antar 300 dan 1500 kg. Pada orbit polar rendah di ketinggian 710 km. Ketinggiannya yang sekitar 30 meter dkbandingkan arianne lebih dari 50 meter) dan memiliki orbit peluncuran 120 ton (arianne 710 ton).

Vega dapat meluncurkan muatan yang lebih berat dengan mengurangi inklinasi orbit dan mempertahankan ketinggian agau mencapai ketinggian yang lebih dengan mengurangi muatannya. Vega terdiri dari 3 tahap berbahan bakar padat untuk mengatas daya gravitasi, ditambah dengan satu tahapan tenaga penggerak cair di atas tahap ketiga dari satelit yang ajan dililuncurkan yang mengontrol pengaturan peluncuran dan lintasan.

Tahap terakhir, pelepas satelit dan kembalinya tahap terkahir ke atmosfer. Ketiga satelri pertama yang dinamakan P.90, zefiro 23 dan Zefiro 9 memungkjnkan peluncuran mencapai ketinggian yang diinginkan, sedangkan ya g ke 4 AVUM memiliki tugas untuk meluncurkan  muatan

Misi Lisa Pathfinder 

Misi LISA Pathfinder adalah teknologi observasi ruang gelombang gravitasi pendahulu yang dirancang oleh ESA European Space Agency sebagai misi utama ketiga dari program ilmiah Cosmic Vision. Tujuan dari misi ini adalah untuk melakukan verifikasi kemungkinan untuk menempatkan massa uji jatuh bebas di ruang antarplanet, dengan tingkat ketelitian yang belum pernah dicapai, yang diperlukan oleh observatorium gravitasi. Hasil ini diperoleh melalui serangkaian teknologi inovatif termasuk, antara lain, sensor inersia, sistem metrologi laser dan sistem kontrol satelit inersia melalui sistem micro-thruster. Berbagai teknologi tersebut adalah dasar dari desain pengamatan antariksa yang paling mutakhir, dikenal sebagai LISA (Lisa Interferometer Space Antenna) yang evolusi terbarunya dikenal sebagai eLISA (www.elisascience.org). 
Peluncuran Lisa Pathfinder dilakukan oleh alat pengangkut VEGA, pada peluncurannya yang keenam dari pelabuhan antariksa Eropa Kourou di Guyana Prancis pada 3 Desember 2015 pukul 5:04 waktu Italia. LISA-PF bertujuan untuk menguji konsep deteksi gelombang gravitasi dari antariksa, menunjukkan bahwa dua massa jatuh bebas dapat dipantau dan diukur dengan presisi tinggi. Kepemimpinan ilmiah misi ini dipegang oleh Italia dan Jerman. Misi LISA-PF adalah bagian dari Program Ilmia ESA, 13% dari program ini adalah sumbangan dari Italia. Negara anggota yang terlibat dalam proyek ini telah menandatangani Multilateral Agreement pada bulan Mei 2005. 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper