Bisnis.com, JAKARTA — Berdasarkan data BSA Software Alliance dalam keterangan resmi yang rilis Kamis (7/3), saat ini terdapat ribuan perusahaan di Indonesia yang diawasi karena adanya kemungkinan pelanggaran penggunaan peranti lunak tanpa lisensi.
Penggunaan peranti lunak tanpa lisensi oleh perusahaan-perusahaan tersebut diyakini terjadi karena faktor kelalaian, niat, atau pengabaian. Padahal, hal tersebut diketahui dapat menimbulkan risiko keamanan, bisnis, dan hukum yang serius bagi perusahaan-perusahaan serta industri.
Senior Director BSA Tarun Sawney mengatakan apabila perusahaan beralih kepada peranti lunak berlisensi, keamanan data, daya saing, dan reputasinya dapat dilindungi sehingga terhindar dari risiko konsekuensi hukum.
“Semakin cepat perusahaan melakukan proses legalisasi software, semakin cepat pula mereka dapat melindungi kegiatan operasional dan keuntungan perusahaan,” ujar Sawney dalam kererangan resminya yang diterima Bisnis, Kamis (7/3).
Sebagai gambaran, 1 dari 3 perusahaan memiliki peluang untuk terkena serangan malware jika menggunakan atau memasang software tidak berlisensi atau membeli perangkat komputer tanpa software asli di dalamnya.
Setiap serangan malware, diperkirakan dapat menimbulkan kerugian sebesar rata-rata US$2,4 juta serta membutuhkan waktu selama 50 hari untuk melakukan perbaikan.
Lebih jauh dijelaskan, infeksi yang dapat menyebabkan downtime perusahaan atau kehilangan data bisnis tersebut akan berdampak serius terhadap merek dan reputasi perusahaan.
Selain itu, biaya untuk mengatasi malware yang menggunakan software tidak berlisensi semakin meningkat. Menurut BSA, hal tersebut dapat merugikan perusahaan hingga lebih dari US$10.000 untuk setiap perangkat komputer yang terserang, dan merugikan hampir US$359 miliar per tahun bagi perusahaan-perusahaan di seluruh dunia.
Sebagai solusi, perusahaan-perusahaan dapat meningkatkan manajemen software serta mendapatkan berbagai keuntungan dengan menerapkan software asset management (SAM).
Adapun, SAM tidak hanya membantu CIO dalam memastikan bahwa software berfungsi pada jaringan yang sah dan berlisensi penuh, tetapi juga dapat membantu mengurangi risiko siber, meningkatkan produktivitas, mengurangi downtime, memusatkan manajemen lisensi, dan mengurangi biaya.