Bisnis.com, JAKARTA — Platform e-commerce terus bermunculan untuk melayani penduduk Indonesia semakin terbiasa belanja online, termasuk kanal-kanal yang spesifik menjual barang tertentu. Salah satunya adalah Qlapa yang pekan lalu berhenti beroperasi.
Kemunculan berbagai bentuk e-commerce memang membuat persaingan antara pasar-pasar online kian keras. Dalam jual beli barang preloved, misalnya, ada Tinkerlust dan prelo.co.id. Dalam bidang fesyen ada Zilingo dan Sorabel. Untuk perdagangan mobil seken, ada Carmudi, iCar Asia, dan Rajamobil.
Platform belanja daring spesialis ini harus bertarung dengna platform raksasa yang membangun superapp, adanya aplikasi super yang menyediakan berbagai layanan dalam sebuah aplikasi.
Dalam diskusi yang diselenggarakan Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) beberapa waktu lalu, CEO & Founder Bhinneka Hendrik Tio menuturkan bahwa mayoritas perusahaan yang ada saat ini berupaya menuju ke arah tersebut. Hanya saja, perusahaan perlu jeli melihat peluang variasi layanan seperti apa yang perlu ditawarkan kepada konsumen.
Senada, Ketua Umum Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung mengungkapkan bahwa potensi para pemain, khususnya startup dan ecommerce untuk melakukan ekspansi layanannya sangat besar. Hal tersebut, dikarenakan kultur masyakarat dalam negeri yang lebih senang menggunakan satu aplikasi dengan berbagai layanan.
“Kalau di luar [negeri] itu kan konsep specialist masih kuat. Kalau di Indonesia orang maunya yang semuanya apa saja lebih simpel. Market dengan konsep specialist bukan tidak ada, cuma sangat kecil,” imbuhnya.
Adapun, Untung menyebut bahwa platform dagang-el saat ini tengah memasuki gelombang ketiga dengan karakteristik ekspansi super seperti yang saat ini telah dilakukan beberapa pemain besar.
Selain memperluas layanan melalui strategi diversifikasi, ekspansi super juga dilakukan dengan cara mengakusisi dan meleburkan diri antarperusahaan (merger and aquicition) untuk memperluas cakupan pasar dalam sektor yang sama maupun sektor lain.
Karakteristik lain dari gelombang ketiga platform dagang-el adalah mulai munculnya platform-platform dengan segmen pasar yang sangat spesifik.
Hal ini terjadi lantaran para pemain besar mulai melakukan ekspansi secara agresif ke lintas sektor, sehingga bagi pemain industri kecil yang ingin bertahan harus memiliki nilai yang sangat kuat untuk dapat bertahan.
“[Pelaku usaha] yang kecil-kecil sekarang mau enggak mau harus sangat specific market untuk ngisi celah yang ada dari para big player,” ujar Untung.