Ramai Pengiklan, Nilai Penjualan Facebook Lampaui Estimasi

Renat Sofie Andriani
Kamis, 31 Januari 2019 | 11:07 WIB
Logo Facebook dalam 3 dimensi/Reuters
Logo Facebook dalam 3 dimensi/Reuters
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Skandal pelanggaran privasi yang mengganjal Facebook terbukti tak mampu menjauhkan para pengiklan dari raksasa media sosial ini. Facebook justru membukukan pendapatan di atas perkiraan dan pertumbuhan jumlah pengguna.

Nilai penjualan Facebook dilaporkan mencapai US$16,91 miliar pada kuartal IV/2018, lebih tinggi dari perkiraan analis yang sebesar US$16,4 miliar.

Perolehan laba perusahaan juga melampaui ekspektasi, mendorong lonjakan saham Facebook sebesar lebih dari 11% dalam after-market trading pada Rabu (30/1/2019).

Tak hanya itu, audiens Facebook bertumbuh sekaligus memperkuat kemampuannya untuk menghimpun data dari para pengguna yang dapat menarik minat pengiklan.

Pengguna aktif harian rata-rata mencapai 1,52 miliar pada Desember 2018, naik 9% dari tahun sebelumnya dan sedikit melampaui proyeksi Wall Street. Facebook juga melaporkan peningkatan jumlah pengguna di pasar besar seperti Eropa, yang sebelumnya dikhawatirkan telah mencapai kejenuhan.

“Hasil ini membuktikan ketahanan platform inti Facebook,” kata Christopher Rossbach, chief investment officer di J. Stern & Co., seperti dilansir Bloomberg.

Iklan-iklan yang ditayangkan di Facebook dan rivalnya, Google, dipandang masih lebih relevan dan efektif ketimbang kebanyakan opsi lain, justru karena perusahaan-perusahaan ini mengumpulkan begitu banyak informasi tentang aktivitas di internet dan lainnya.

Aturan privasi data baru di Eropa mungkin telah sedikit membatasi aktivitas pengambilan data ini, tetapi dampaknya lebih memukul pesaing-pesaing berskala lebih kecil daripada kedua raksasa itu. Saham Alphabet Inc., induk Google, ikut naik 1,4% dalam after-market trading pada Rabu.

Facebook telah beberapa kali membuat kesal publik soal penanganannya atas data pengguna. Selama kuartal keempat, publik mengetahui tentang bagaimana pihak Rusia dapat memanipulasi pengguna dalam kampanye yang berlanjut hingga pemilihan paruh waktu 2018 di Amerika Serikat (AS).

Perusahaan juga mengungkapkan adanya kasus pelanggaran privasi yang memungkinkan pihak luar mengakses riwayat pencarian dan check-in lokasi sekitar 14 juta orang.

“Ada pemisahan yang besar antara pemberitaan dan apa yang sedang dilakukan oleh dunia,” kata Richard Greenfield, seorang analis di BTIG LLC, New York.

“Para pengiklan tidak mendengarkan salah satu dari kelompok-kelompok itu. Mereka mendengarkan konsumen. Sebagian besar pengiklan Facebook tidak memiliki tempat lain dengan pengembalian investasi sebesar ini,” tambah Greenfield.

Bagaimana pun, Facebook mungkin harus bersiap untuk penurunan lebih lanjut dalam pertumbuhan aplikasi utamanya. Perusahaan mengatakan pada akhirnya tidak akan lagi melaporkan berapa banyak orang yang menggunakan jejaring sosial itu.

Sebagai gantinya, Facebook akan mengungkapkan total pengguna untuk "kelompok layanan" yang mencakup Facebook, Messenger, WhatsApp, dan Instagram. Lebih dari 2 miliar orang menggunakan setidaknya satu dari aplikasi ini setiap hari, catat Facebook.

Perusahaan juga memperingatkan bahwa pertumbuhan pendapatan akan melambat karena pergeseran dalam bisnis periklanannya.

Facebook telah menjalankan lebih banyak promosi dalam aplikasi pesan dan dalam postingan pengguna, bernama "stories" yang hanya bertahan 24 jam, karena news feed Facebook sangat populer sehingga tidak banyak ruang untuk tumbuh.

CEO Facebook Mark Zuckerberg mengatakan produk Stories dalam Instagram kini memiliki 500 juta pengguna. Facebook pun fokus untuk membuat lebih banyak layanan pesannya terenkripsi secara default, serta memperluas pembelanjaan di Instagram.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper