Bisnis.com, JAKARTA – Pola hidup manusia dan cara konsumsi, penggunaan bahan bakar, dan pembiayaan pergerakan ekonomi yang menopang kehidupan kita telah mendorong alam ke ambang kehancuran, menurut Living Planet Report 2018 World Wildlife Fund for Nature (WWF).
Laporan tersebut memberikan gambaran bagaimana dampak aktivitas manusia pada pada satwa liar, hutan, lautan, sungai, dan iklim dunia yang memprihatinkan.
Hal tersebut diharapkan menyadarkan untuk segera bertindak dan bersama-sama mendefiniskan kembali bagaimana harus menghargai, melindung, dan memulihkan alam.
Strategic Leader Conservation Science Unit WWF-Indonesia Thomas Barano mengatakan penelitian tren tren satwa liar dunia, menunjukkan populasi ikan, burung, mamalia, amfibi, dan reptil menurun secara global.
“Secara global, total 60% makhluk kehilangan populasi. Kita harapkan ada kelompok besar atau apa yang dapat dilakukan individu untuk mengembangkan bisnis yang ramah lingkungan,” ujarnya dalam diskusi di Kementerian Pendidikan di Jakarta pada Jumat (16/11/2018).
The Living Planet Report 2018 menyoroti peluang komunitas global untuk melindungi dan memulihkan alam menjelang tahun 2020, tahun yang kritis ketika para pemimpin diharapkan untuk meninjau kemajuan yang dibuat pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, Perjanjian Paris dan Konvensi Keanekaragaman Hayati (CBD).
WWF menyerukan kepada masyarakat, pelaku bisnis dan pemerintah untuk memobilisasi dan mewujudkan kesepakatan kerangka kerja yang komprehensif untuk alam dan masyarakatnya sesuai dengan CBD, yang menggugah tindakan publik dan swasta untuk melindungi dan memulihkan keanekaragaman hayati alam global serta menurunkan tren buruk yang disoroti.
Dalam Laporan Living Planet 2018, terinspirasi oleh makalah ‘Aiming higher to bend the curve of biodiversity loss’ yang menunjukkan peta perjalanan untuk menentukan target, indikator dan metrik yang dimiliki oleh 196 negara anggota CBD untuk mengarahkan pada hal yang mendesak serta secara ambisius dan efektif untuk membuat perjanjian global untuk alam.
Hal itu seperti yang dilakukan dunia untuk iklim saat Perjanjian Paris, ketika mereka bertemu di Conference of the Parties ke 14 di Mesir pada November 2018.
CBD akan menyatukan para pemimpin dunia, pelaku bisnis dan masyarakat sipil untuk mengembangkan kerangka kerja pasca-2020 untuk aksi keragaman hayati global dan dengan demikian menandai momen penting untuk menetapkan dasar bagi kesepakatan global yang sangat dibutuhkan untuk alam dan manusia saat ini.
Living Planet Report 2018 adalah edisi dua belas dari publikasi dua tahunan WWF. Laporan ini termasuk temuan terbaru yang diukur oleh Living Planet Index melacak 16.704 populasi dari 4.005 spesies vertebrata dari tahun 1970 hingga 2014.
“Populasi vertebrata berkurang. Hanya ada 44 spesies yang mewakili Indoneisa. Harapannya melalui laporan ini dapat membantu ilmuan dan masyarakat untuk mengelola biodiversity Indonesia secara tepat,” tuturnya.