Regulasi Tekfin Dibuat Longgar

Duwi Setiya Ariyanti
Senin, 15 Oktober 2018 | 11:59 WIB
Profil bisnis teknologi finansial di Indonesia./Bisnis-Radityo Eko
Profil bisnis teknologi finansial di Indonesia./Bisnis-Radityo Eko
Bagikan

Bisnis.com, BADUNG, Bali — Pengambil kebijakan berkomitmen untuk mempertahankan pola regulasi ekonomi  digital yang longgar untuk mendorong  adanya unicorn  di sektor finansial.

Regulasi bisnis teknologi finansial (tekfin) menjadi topik headline koran cetak Bisnis Indonesia edisi Senin (15/10/2018).

Komitmen tersebut disam­paikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Deputi Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Institute Suka­rela Batunanggar, dan Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pem­bayaran Bank Indonesia Onny Widjanarko dalam Nexticorn International Con­vention 2018 di Bali, akhir pekan lalu.

Rudiantara mengatakan in­dustri teknologi finansial (tek­fin) berpeluang melahirkan per­usahaan asal Indonesia bervaluasi di atas US$1 miliar atau yang sering disebut dengan istilah uni­corn. Rendahnya ketimpangan akses ke jasa keuangan dan terus naiknya pengguna ponsel menjadi celah yang bisa dimanfaatkan pelaku usaha tekfin.

Seperti bisnis lain di bidang jasa keuangan, tekfin juga harus diregulasi karena bergantung pada keper­cayaan para pengguna. Namun, regulasi yang terlalu ajeg dicemaskan menghambat inovasi. Oleh karena itu, dia me­nyebut perlu regulasi yang lebih luwes untuk mendorong tekfin berkembang lebih pesat.

“Industri keuangan itu memang heavily regulated karena masalah trust. regulasi itu jangan sam­pai over regulated,” kata Rudiantara.

Adapun Onny sepakat bahwa tekfin akan menjadi sektor bisnis berikutnya yang berkembang pesat dalam ekonomi digital karena terkait erat dengan bisnis para unicorn yang telah ada saat ini, yaitu Tokopedia, Bukalapak, Gojek, dan Traveloka.

Sebagai regulator sistem pembayaran, Onny menegaskan bahwa BI tak akan membatasi berapa jumlah penyedia dompet digital yang bisa beroperasi.

Onny memperkirakan instru­men pasar akan menyeleksi para pe­main dengan sendirinya. “Ada fase­nya saat saturated. Sekarang siklus­nya lagi naik. Pada satu saat pasti konsolidasi dan yang penting itu kami siapkan exit-nya,” tutur Onny.

transparansi

Sementara itu, Sukarela me­­­nga­takan OJK tak bisa me­ne­rapkan ke­bijakan per­lin­dung­an kon­­sumen yang ter­lampau ketat pada masa per­tum­buhan tekfin. Proteksi terlalu ketat akan menimbulkan ekosistem yang kurang kondusif bagi perkembangan industri.

Menurutnya, pemerintah saat ini masih dalam tahap mengkaji perkembangan tekfin.

Pada tahap regulasi berikutnya, OJK berupaya menyusun aturan untuk mengatur risiko teknologi siber bagi platform yang telah melayani banyak transaksi dan konsumen. Menurutnya, yang terpenting adalah me­mas­tikan ada­nya transpa­ransi oleh pe­laku usa­ha tek­fin.

CEO Man­diri Capi­tal Eddi Danusaputro op­timis­tis, sektor tekfin akan mela­hirkan unicorn baru. Dia mengakui memang butuh waktu bagi tekfin mencapai valuasi di atas US$1 miliar karena mayoritas mengincar pelaku usaha kecil dan menengah

Dia menuturkan sudah cukup banyak tekfin yang mencapai tahap pendanaan seri B dan seri C. Dengan demikian, jarak dari tahap tersebut hingga akhirnya menjadi unicorn sebenarnya sudah dekat

“Kalau mengikuti alurnya seharusnya ya mereka menjadi unicorn berikutnya,” katanya.

Di sisi lain, CEO Modalku Rey­nold Wijaya mengatakan, regulasi di­butuhkan guna memastikan se­luruh perusahaan di industri adalah pemain serius dan bertu­ju­an baik.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Editor : Sutarno
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper