Bisnis.com, JAKARTA – Zurich Insurance Group, grup asuransi asal Swiss, mengambil langkah strategis dengan mengakuisisi 80% saham di salah satu perusahaan asuransi kerugian terbesar di Indonesia, PT Asuransi Adira Dinamika atau Adira Insurance. Terkait dengan rencana jangka panjang grup asuransi global ini, Bisnis berkesempatan mewawancarai Jack Howell, CEO Asia Pasific, Zurich Insurance Group. Berikut petikannya:
Bagaimana misi Zurich Insurance Group mengembangkan bisnisnya di Asia?
Sebagai sebuah perusahaan asuransi yang besar dan dengan sejarah yang panjang, kami memiliki misi untuk mengembangkan kehadiran kami di Asia. Zurich saat ini sudah ada di 210 negara dengan usia perusahaan mencapai 150 tahun dan 55.000-an karyawan di seluruh dunia.
Zurich punya bisnis yang besar di Eropa. Kami juga punya bisnis besar di Amerika Serikat. Di situ, kami punya dua perusahaan, yakni sebuah perusahaan asuransi komersial, Zurich Insurance, dan satu perusahaan farmer insurance. Kami juga hadir di Amerika Latin.
Apa saja langkah yang akan Anda fokuskan untuk pengembangan di Asia?
Saat ini, Zurich ingin mengembangkan kehadiran kami di Asia dan meningkatkan bisnis kami di pasar Asia. Untuk melakukan itu, kami berfokus melakukan beberapa hal. Salah satunya adalah meningkatkan bisnis di Australia.
Pada awal tahun ini, kami melakukan dua akuisisi itu di Australia. Pertama, sebuah perusahaan asuransi jiwa. Kedua, adalah perusahaan asuransi perjalanan.
Kami juga mengembangkan bisnis kami di Jepang. Australia dan Jepang merupakan dua negara maju dengan ekonomi yang stabil di kawasan Pasifik. Mungkin itu tidak terlalu menarik. Yang lebih menarik dari upaya meningkatkan bisnis kami di Asia adalah Indonesia.
Pasalnya, kami percaya ada potensi bisnis jangka panjang di sini. Pertumbuhan bisnis jangka panjang bisa dicapai di sini. Selain itu, kami juga punya rencana untuk memperluas jangkauan ke China. Secara umum, itulah strategi kami untuk mengembangkan pasar.
Lantas, bagaimana rencana Zurich mengembangkan bisnis di Indonesia?
Akuisisi kepemilikan di Adira Insurance merupakan salah satu langkah terpenting dari rencana besar kami tersebut. Kami mengambil saham Adira Insurance sebanyak 80%. Langkah ini sangat strategis karena akan membawa kami kepada potensi besar, yakni pasar ritel asuransi di Indonesia.
Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan kelas menengah yang tinggi dan dengan akumulasi kekayaan yang terus meningkat. Sangat stategis untuk upaya kami memperluas pasar.
Selain itu, akuisisi tersebut juga memberikan kami partner kerja sama yang strategis bagi pengembangan bisnis ke depan. PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDNI) dan PT Adira Dinamika Multifinance Tbk. (ADMF).
Keduanya kami pikir sangat kuat di pasar. Jadi, ini bukan sekadar akuisisi perusahaan, melainkan juga perluasan kemitraan dengan perusahaan lain.
Perlu diingat, Zurich juga memiliki kapasitas di bisnis komersial dan travel insurance . Kemampuan ini memampukan kami untuk membawa Adira Insurance ke level lebih tinggi. Kami sangat antusias degan langkah ini.
Indonesia memiliki aturan yang membatasi pemegang saham pengendali (PSP) di satu perusahaan jasa keuangan. Sementara itu, di sektor asuransi umum nasional, Zurich Insurance Group telah memiliki PT Zurich Insurance Indonesia (ZII). Lantas, bagaimana rencana ke depan agar Zurich dapat memenuhi regulasi tersebut?
Kami sadar setelah akuisisi ini mesti memuhi ketentuan tersebut. Jadi, sekarang kami tengah memikirkan bagaimana keduanya bisa diintegrasikan. Kemudia, apa yang kami akan lakukan dengan lisensi yang kami punya.
Kami sudah berkomunikasi dengan regulator dan membahas sejumlah kemungkinan ke depan dengan adanya dua lisensi tersebut sehingga kami tetap bisa memenuhi aturan PSP. Kami belum bisa detail menjelaskan soal ini, sebab masih akan berproses.
Jadi, pilihannya integrasi atau merger? Lalu, entitas mana yang akan dipertahankan?
Secara bisnis keduanya tidak sama. Adira Insurance 5—6 kali lebih besar dari ZII. Apa yang kami akan lakukan adalah memindahkan bisnis kami dari ZII ke Adira Insurance. Itu rencana kami.
Pada saat yang sama, mungkin lisensi ZII itu akan kami pertimbangkan untuk alihkan ke pihak lain atau kembalikan ke OJK. Pasalnya, kami tidak boleh memiliki dua izin di dua perusahaan di bidang yang sama. Kami mesti memenuhi aturan itu.
Proses ini butuh waktu dan kami akan melakukannya bersama OJK dan shareholders lainnya. Kami berharap bisa membawa bisnis Adira Insurance dan ZII bersama-sama, karena keduanya bisa saling melengkapi.
Adira Insurance sangat kuat di pasar asuransi otomotif baik untuk kendaraan roda dua maupun roda empat. Namun, Adira Insurance tidak cukup kuat di wilayah lain, yang saya pikir Zurich lebih kuat.
Ini seperti pernikahan, keduanya saling membawa kekuatan. Kami tidak ingin mengesampingkan kekuatan Adira Insurance dengan orang lokal yang luar biasa.
Zurich datang membawa keahlian untuk area yang kami kuasai, seperti asuransi perjalan, properti dan bisnis internasional. Kami melakukan ini karena kami melihat ada potensi besar dalam dua hal ini.
Berdasarkan laporan keuangan, ZII mencatatkan kinerja yang kurang positif sejak 2011. Apakah akuisisi dan integrasi ini merupakan solusi atas kondisi tersebut?
Salah satu elemen mendasar dari kinerja bisnis asuransi adalah peningkatan kapasitas. Hal itu salah satunya diwujudkan dengan menggabungkan dua entitas. Integrasi bisa menghasilkan bisnis yang lebih besar, sehingga bisa mengambil porsi yang lebih besar di pasar.
Alasan mendasar akuisisi ini tidak melulu untuk mencapai profitabilitas. Tujuan kami di sini sungguh untuk bisnis jangka panjang dengan menghadirkan produk baru bagi masyarkat Indonesia. Kami juga ingin menghadirkan keahlian kami dalam mengembangkan industri asuransi lokal.
Memang, profitabilitas menjadi target jangka panjang, tetapi dalam jangka pendek tidak. Tujuan jangka pendek kami lebih kepada menangkan peluang distribusi dan partnership oppurtunity.
Kami percaya bahwa integrasi dua entitas ini akan membawa solusi terbaik bagi nasabah. Juga membuat organisasi lebih mudah dijalankan. Seperti Anda ketahui, ZII sudah 27 tahun di Indonesia. Kami baru saja merayakan itu. Jadi kami sangat berkomitmen.
Setelah akuisisi dan integrasi, bagaimana komposisi kepemilikan saham Zurich di Adira Insurance?
ZII akan merger dengan Adira Insurance. Setelah itu, tidak akan ada perubahan komposisi kepemilikan. Setelah akuisisi, Zurich memiliki 80% kepemilikan di Adira Insurance dan BDNI memiliki 20% lainnya.
Dalam akuisisi itu, kami membeli 70% saham BDNI dan 10% dari Willy Suwandi Dharma. Transaksi itu juga mencakup dua perjanjian kerja sama strategis jangka panjang, yakni dengan BDNI dan ADMF.
Setelah integrasi, apakah akan ada perubahan nama perusahaan?
Dari sisi brand, kami akan melanjutkan brand Adira Insurance setelah akuisisi. Dalam jangka panjang, kami akan menjajaki bila ada rebranding. Yang pasti, pada awalnya kami akan tetap melanjutkan brand ini. Itu hanya pada awalnya.
Selama ini Adira Insurance dikenal kuat di lini asuransi kendaraan. Apakah itu akan tetap menjadi fokus bisnis pascaintegrasi?
Kami akan terus melanjutkan perkembangan bisnis di roda dua dan empat. Kami tidak ingin berhenti. Pasalnya, ADMF merupakan multifinance nomor dua terbesar. Selain itu, kami akan mengembangkan asuransi perjalanan. Ada banyak sekali orang Indonesia yang sekarang melakukan perjalanan hingga ke luar Indonesia.
Kami sangat antusias mengembangkan ini dan sejumlah produk konsumer ritel lain. Dalam 5 tahun ke depan, produk-produk ini akan sangat berkembang. Intinya, kami akan diversifikasi lini bisnis dan kanal pemasaran, terutama mengembangkan peluang dengan perbankan.
Zurich memiliki reputasi pengembangan kanal pemasaran dengan bank. Oleh karena itu, setelah ini kami berencana untuk mengembangkan pemasaran melalui perbankan dan perusahaan jasa keuangan lain dengan memperkenalkan produk baru ke pasar. Kami memiliki ahli produk yang bisa memberikan itu.
Bagaimana Anda melihat secara makro potensi ekonomi Indonesia?
Kami percaya dalam jangka panjang peluang di Indonesia sangat besar. Ada pertumbuhan signifikan kelas menengah, populasi yang besar, dan kami melihat konsumsi tinggi. Indonesia terus bertumbuh secara ekonomi. Itu potensi yang besar. Jadi, kami tidak hanya melihat apa yang terjadi hari ini, tetapi melihat ke depan.
Apa kaitan pertumbuhan kelas menengah dengan perkembangan bisnis Anda?
Kami percaya kelas menengah akan terus bertumbuh. Itu merupakan potensi. Asuransi itu melindungi kepemilikan. Jika Anda tidak memiliki sesuatu, Anda tidak memiliki sesuatu yang bisa diasuransikan. Ketika masyarakat memiliki pendapatan berlebih, maka kepemilikan akan sesuatu itu meningkat.
Dari sisi regulasi, menurut Anda bagaimana pasar asuransi di Indonesia?
Dari perspektif lebih luas, Zurich beroperasi di negara dengan regulasi pasar yang berstandar tinggi. Lihat di Swiss dan Australia dengan aturan berstandar tinggi. Kami berupaya untuk beroperasi sesuai dengan rambu-rambu yang sudah ditetapkan regulator.
Bagaimana rencana Zurich untuk memanfaatkan pasar asuransi dengan teknologi?
Kami percaya bahwa cara terbaik melayani nasabah yang melek digital adalah dengan mendekatkan diri dengan apa yang mereka lakukan. Kami tidak melihat banyak atau mayoritas nasabah mengunduh Zurich apps di handphone-nya untuk membeli asuransi.
Namun, kami bekerja dengan Anda melalui layanan yang Anda terima sehari-hari. Kami bekerja sama dengan bank Anda, dengan kartu kredit Anda, dan layanan transportasi Anda. Kami bisa mendekatkan diri pada apa yang Anda miliki saat ini. Itu caranya agar sukses hari ini.
BIODATA:
Nama: Jack Howell
Pendidikan:
- Sarjana di bidang Quantitative Economics dari Tufts University, Massachusetts, Amerika Serikat
- Magister di bidang Business Administration dari University of Chicago, Amerika Serikat
Karier:
- September 2016—Sekarang CEO Asia Pacific Zurich Insurance Group
- April 2015—Agustus 2016 CEO Asia Generali
- Oktober 2008—Maret 2015 CEO Prudential Vietnam & CEO Prudential Indonesia
- November 2002—Oktober 2008 CEO AIG PhilAm Plans Life Insurance
- Mei 2000—Oktober 2002 Co-founder TwentyTen
- September 1998—Mei 2000 Konsultan di The Boston Consulting Group
*) Artikel dimuat di koran cetak Bisnis Indonesia edisi Senin (8/10/2018)