Bisnis.com, JAKARTA — Setidaknya 945 base transceiver station (BTS) terdampak gempa di Lombok yang terjadi pada Minggu (5/8) malam.
Dalam keterangan resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika, Senin (6/8/2018), gempa pada Minggu (5/8) malam menyebabkan 945 BTS mati karena terputusnya aliran listrik dari jumlah total yakni 7.418 BTS. Adapun, secara bertahap BTS tersebut kembali beroperasi setelah listrik mengalir.
Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika Noor Izza mengatakan selain menghidupkan kembali unit-unit BTS, pihaknya pun menyediakan sarana melalui jaringan VSAT portable berkapasitas 1 Mbps. Fasilitas ini disediaka di Kantor Bupati Lombok Utaram Desa Pamenang, Dusun Mentareng, Kantor Gubernur dan Rumah Sakit Umum Daerah Mataram.
"Hasil pemantauan Balai Monitoring Balai Monitoring Spektrum Frekuensi Wilayah NTB menunjukan terdapat 945 site BTS yang terdampak gempa dari 7.418 site yang ada di Pulau Lombok, NTB. Namun demikian, saat ini operator telekomunikasi tengah memobilisiasi genset dan baterai cadangan agar BTS bisa digunakan kembali," ujarnya.
Upaya lain yang dilakukan yakni penyediaan BTS bergerak, tiga unit telepon satelit dan dua unit VSAT cadangan. Dia menyebut semua fasilitas ini mulai menyala di hari ini.
"BAKTI juga menyediakan tiga unit perangkat dan koneksi telepon satelit dan dua unit VSAT cadangan yang akan dioperasikan oleh Balai Monitoring Balai Monitoring Spektrum Frekuensi Wilayah NTB. Semua ditargetkan on air hari ini."
Wakil Ketua Umum Organisasi Amatir Radio Indonesia (Orari) Sugeng Suprijatna menyatakan telah mengerahkan dukungan anggota Orari. Adapun, anggota Orari dari Nusa Tenggara Timur, Bali, dan Jawa Timur akan membantu Orari di Nusa Tenggara Barat guna percepatan penanganan dampak gempa. Pihaknya pun menggunakan tiga frekuensi dan satelit untuk melancarkan komunikasi.
"Frekuensi dukungan komunikasi penanggulangan bencana yang digunakan HF 7,110 MHz, VHF 145,500 dan 147,000 MHz dan Satelit LAPAN-ORARI IO-86," katanya.