Bisnis.com, JAKARTA – Di awal pendiriannya, Apple cuma perusahaan teknologi sederhana yang dikembangkan dari garasi rumah Steve Jobs. Empat dekade kemudian, Apple berhasil menjadi perusahaan pertama di Amerika Serikat (AS) yang mencetak nilai pasar US$1 triliun.
Saham produsen iPhone ini ditutup naik 2,9% di level US$207,39 di New York pada perdagangan Kamis (2/8) yang serta merta mendorong nilai pasarnya menjadi US$1,002 triliun.
Untuk catatan, PetroChina Co juga sempat mengukir pencapaian yang sama pada akhir 2007. Namun, performa perusahaan energi asal China ini tak lama merosot karena terbebani jatuhnya harga minyak dalam krisis keuangan.
Sejak didirikan pada tahun 1976, Apple secara konsisten merevolusi komputer serta mendefinisikan bagaimana manusia dapat berinteraksi dengan perangkat dan perangkat lunak. Produk-produknya seperti iMac, iPod, iPhone, dan iPad pun ngehit di mana-mana.
“Steve memiliki visi yang didasarkan pada sinergi antara produk perangkat keras, layanan perangkat lunak, serta media dan aplikasi pihak ketiga demi memastikan bahwa setiap pelanggan akan memiliki semua yang mereka butuhkan tanpa harus meninggalkan ekosistem Apple,” kata Tony Fadell, yang terlibat dalam produksi iPod.
Namun di atas segala model bisnis, ungkap Fadell, terdapat inovasi produk tak tertandingi dan keunggulan pemasaran yang dikombinasikan dengan pengalaman ritel yang luar biasa.
“Tidak ada perusahaan lain di luar sana yang melakukan eksekusi dengan tingkat detail seperti Apple. Ketiganya membentuk visi Steve dan menciptakan Apple yang kita kenal sekarang,” tambah Fadell, dikutip Bloomberg.
Jatuh Bangun Apple
Ketika Jobs memperkenalkan iPhone pada awal 2007, fitur-fiturnya seperti layar sentuh, music player, web browser, dan e-mail memulai revolusi smartphone sekaligus mengungguli para pesaingnya seperti Motorola dan BlackBerry.
Penjualan iPhone yang telah mencapai lebih dari 1,3 miliar unit melampaui ekspektasi. Produk ini menjadi pusat untuk bisnis layanan berkembang yang diharapkan Apple akan menarik sekitar US$50 miliar pendapatan setahun pada 2021.
Padahal, menilik sejarahnya, kondisi Apple sangat berbeda pada sekitar tahun 80 dan 90an. Jobs bahkan sempat meninggalkan perusahaan pada tahun 1985 setelah berselisih dengan CEO Apple saat itu John Sculley dan dewan direksi.
Pada 1997, Apple malah hampir bangkrut. Jobs kemudian kembali dan dengan dukungan tim desain yang dipimpin Jony Ive serta chief bagian operasi Tim Cook - menyelamatkan Apple untuk mengubahnya menjadi raksasa seperti sekarang ini.
Sejumlah keputusan strategis diambil Jobs, termasuk mengurangi jumlah produk Apple agar terlihat lebih efektif. Krisis lain dihadapi Apple ketika sang pendiri, Steve Jobs, tutup usia pada tahun 2011. Investor ketar-ketir jika perusahaan tidak dapat berkembang tanpa kepemimpinan Jobs.
Namun, sosok Tim Cook mampu menutupi kekhawatiran ini. Di bawah kepemimpinannya, Apple telah mengembangkan produk-produk signifikan baru, seperti iPhone X dan Apple Watch, layanan seperti Apple Music, serta riset untuk kategori baru yang potensial seperti self-driving car dan augmented-reality glasses.
Nilai pasar Apple baru mencapai sekitar US$350 miliar ketika Jobs meninggal. Jelas, Cook telah mendorong tercapainya nilai pasar saham yang jauh lebih banyak daripada mantan bos dan mentornya tersebut.
Kepemimpinan Berbeda
Meski tetap berkaca pada pengalamannya bekerja dengan Jobs, Cook telah membawa keterampilan dan strateginya sendiri sebagai CEO. Jobs adalah seorang pemimpin yang fokus pada komponen produk terkecil, sedangkan Cook sangat bergantung pada sederetan rekannya yang berpengalaman.
Jobs seringkali menyajikan hampir seluruh hal dalam acara peluncuran Apple, sedangkan Cook biasanya mengalihkan pengumuman produk kepada beberapa rekannya seperti kepala pemasaran Phil Schiller, kepala divisi perangkat lunak Craig Federighi, dan pimpinan divisi layanan Eddy Cue.
"Tim [Cook] dan timnya telah melakukan pekerjaan yang sangat baik untuk terus mengembangkan visi Steve seraya membawa keunggulan operasional dan lingkungan ke setiap bagian dari bisnis Apple untuk mencapai skala yang belum pernah dicapai,” lanjut Fadell.
Jobs menghindari utang, mungkin karena pengalaman Apple yang nyaris bangkrut sebelumnya. Setelah era iPhone dimulai, laba perusahaan melonjak dan pendapatan tumbuh.
Di sisi lain, Cook mengambil cara berbeda dengan meminjam uang dalam jumlah besar sehingga menjadikan Apple salah satu penerbit obligasi korporasi terbesar. Dia kemudian menggunakan sebagian darinya untuk program buyback dan dividen yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
Cook juga membalik sebagian fokus produk, dengan menambahkan earphone nirkabel, jam tangan, speaker, dan beberapa versi iPhone. Langkah terakhir ini telah membantu perusahaan mempertahankan pertumbuhan ponsel cerdas dalam industri yang saat ini mengalami kontraksi.
Perlu diperhitungkan pula langkah Cook yang melambungkan Apple ke bidang baru di politik, kebijakan industri teknologi, dan tanggung jawab lingkungan. Dia telah mendorong para pemasok untuk meningkatkan praktik perburuhan serta menghadapi otoritas AS terkait perangkat privasi pengguna seperti enkripsi.
“Bukan tantangan yang mudah bagi setiap pemimpin baru yang mengambil kendali CEO dari seorang pendiri,” kata Fadell. “[Namun] Tim telah dengan terampil membuktikan sebaliknya.”