Bisnis.com, JAKARTA-- Penelitian terbaru Kaspersky Labs menunjukkan bahwa menjaga data di komputasi awan atau cloud terus menimbulkan tantangan baru untuk perusahaan. Kerugian terbesar terkait keamanan selama 12 bulan terakhir terjadi di lingkungan cloud dan proteksi data.
Dalam upaya mengembangkan transformasi digital dengan keamanan yang baik, kini perusahaan memprioritaskan anggaran pada keamanan TI. Pada 2018, perusahaan berskala enterprise mengalokasikan hingga 26% anggaran TI mereka untuk keamanan siber, sehingga mendefinisikan ulang peran strategis perlindungan data perusahaan.
Keadaan ekonomi keamanan TI perusahaan pada 2018 mencerminkan dampak pergeseran keamanan siber di dunia bisnis.
Baca Juga Awas, Hacker Incar Kamera CCTV |
---|
Dalam 12 bulan terakhir, konsekuensi kebocoran data mengakibatkan kerugian lebih besar dan semakin merusak. Bisnis menghadapi realitas yang mengganggu, untuk UKM, kerugian akibat kebocoran data mencapai US$120.000 pada 2018, ini 37% lebih tinggi dibandingkan tahun 2017 yang berada di angka US$88.000.
Untuk perusahaan berkelas enterprise, meningkat 24% dengan dampak kerugian dari kebocoran data mencapai hingga US$1,23 juta.
Peningkatan kerugian tersebut kini menjadi perhatian perusahaan di tengah-tengah gelombang transformasi digital yang sedang berlangsung. Infrastruktur cloud terus berkembang dengan 45% perusahaan kelas enterprise dan 33% UKM telah dan berencana mengembangkan penggunaan hybrid cloud dalam 12 bulan ke depan.
Namun, peningkatan pemakaian data on the go ini menghadirkan masalah keamanan baru. Dua dari tiga insiden keamanan dunia maya yang paling merugikan bagi UKM terbukti memiliki keterkaitan dengan cloud. Hosting infrastuktur TI pihak ketiga mengalami kegagalan sehingga menimbulkan kerugian dengan rata-rata US$179.000.
Untuk perusahaan kelas enterprise, perlindungan data tetap menjadi prioritas utama, sementara kebocoran data akibat serangan tertartget mengakibatkan kerugian hingga US$1,64 juta. Sedangkan insiden yang melibatkan infrastruktur TI dari pihak ketiga menimbulkan kerugian rata-rata sebesar US$1,47 juta.
Dengan meningkatnya kerugian dari insiden terkait keamanan TI, perusahaan kini semakin menyadari pentingnya memprioritaskan anggaran keamanan siber jika ingin transformasi digital berjalan lancar dan aman. Hal ini diperlihatkan dengan meningkatnya anggaran keamanan TI di tahun 2018, perusahaan kelas enterprise mengalokasikan sepertiga dari anggaran TI sebesar US$8,9 juta untuk keamanan siber.
Menariknya lagi, meskipun sering dikenal sebagai pembelanja terendah pada keamanan TI, perusahaan sangat kecil menambahkan anggarannya dari US$2,400 menjadi US$3,900 selama 12 bulan terakhir.
Salah satu alasan utama di balik penambahan anggaran untuk keamanan TI adalah semakin kompleksnya infrastruktur TI seiring makin banyaknya perusahaan mengadopsi platform cloud. Selain itu, penambahan anggaran dimaksudkan untuk mendorong peningkatan kemampuan para spesialis keamanan.
“Untuk mendukung perubahan bisnis yang kian dinamis dan meningkatkan efisiensi, perusahaan menggunakan cloud dan mobilitas bisnis. Keamanan siber bukan lagi hanya salah satu poin di infrastruktur TI, melainkan telah menjadi prioritas utama dalam bisnis untuk perusahan dari berbagai skala. Sebagaimana telah dibuktikan dengan adanya penambahan anggaran pada keamanan TI. Perusahaan berharap hasil yang sepadan dari investasi keamanan TI, karena taruhannya kini semakin tinggi. Sebagai contoh selain risiko keamanan siber, banyak perusahaan kini harus berhadapan dengan tekanan regulasi,” kata Maxim Frolov, Wakil Presiden Global Sales di Kaspersky Lab dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Kamis (31/5/2018).