Bisnis.com, JAKARTA - Pakar Digital Indonesia Anthony Leong menyatakan Indonesia sangat tertinggal dalam pengelolaan data digitalisasi atau big data. Padahal, dia menyebut di negara-negara maju, penggunaan big data sudah diterapkan sejak 2009.
Menurutnya, jika menguasai big data, ini bisa menjadi strategi jitu untuk pemenangan pemilu atau menguasai pasar bisnis lainnya.
“Menguasai big data dalam kampanye akan menjadi lebih terukur dan karena ada alat yang mengidentifikasi tipe-tipe calon pemilih secara akurat sehingga menghasilkan data yang valid,” kata Anthony melalui keterangan resmi, Senin (16/4/2018).
Dirinya mencontohkan Pilpres Amerika Serikat (AS) yang dimenangkan Donald Trump pada 2016 tidak lepas dari kekuatan teknologi big data melalui bantuan sebuah firma pengolahan data, Cambridge Analytica, yang belakangan tengah menjadi sorotan media karena skandalnya dengan perusahaan Facebook.
“Cambridge Analytica telah menganalisis jutaan data dengan membuat polling riset di 17 negara bagian setiap harinya. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan mengidentifikasi calon pemilih yang sekiranya dapat dipengaruhi kemudian megirimkan konten-konten yang berdampak pada pilihan politik,” ujarnya.
Anthony yang juga merupakan CEO Menara Digital ini menyatakan di Indonesia bisa juga terdapat perusahaan serupa Cambridge Analytica yang mampu membuat puluhan model olahan data yang berguna untuk memprediksi minat atau kebiasaan pemilih.
Dia mengimbau data Indonesia yang bocor di Facebook untuk tidak dipakai untuk kepentingan politik pemilu Presiden 2019.
“Ya jangan sampai data tersebut bocor sehingga dimanfaatkan untuk kepentingan Pilpres salah satu kubu tertentu. Kita harapkan Facebook bisa tetap menjaga data privasi dari pengguna,” ucapnya.