Garuda Fokus Garap Rute Jarak Menengah

Hendra Wibawa
Jumat, 9 Februari 2018 | 15:58 WIB
Pilot dan kru pesawat mengabadikan momen terakhir bersama pesawat Garuda Boeing 747-400 di Hanggar 4 GMF Aero Asia, Tangerang, Banten, Senin (9/10)./JIBI=Felix Jody Kinarwan
Pilot dan kru pesawat mengabadikan momen terakhir bersama pesawat Garuda Boeing 747-400 di Hanggar 4 GMF Aero Asia, Tangerang, Banten, Senin (9/10)./JIBI=Felix Jody Kinarwan
Bagikan

Bisnis.com, SINGAPURA—Maskapai penerbangan Garuda Indonesia tahun ini fokus memperluas pasar penerbangan jarak menengah (medium haul) untuk mendongkrak kinerja keuangan maskapai pelat merah itu.

Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk Pahala N Mansury menyatakan rute internasional jarak menengah itu terutama dengan waktu tempuh 6 jam sampai dengan 9 jam.

Dia menjelaskan kebijakan memperluas pasar internasional jarak menengah ditempuh setelah maskapainya meraih lagi predikat maskapai bintang 5 versi lembaga pemeringkat independen asal Inggris, Skytrax.

"Dengan adanya prestasi ini [maskapai bintang 5 Skytrax], rute internasional kita dikategorikan medium haul itu yang kita kembangkan," katanya di sela-sela ajang Singapore Airshow 2018 di Singapura, Kamis (8/2/2018).

Rute internasional yang termasuk kategori medium haul antara lain ke China dengan tingkat isian atau load factor cukup baik. Dia mencontohkan rute Denpasar-Beijing dan Denpasar-Shanghai akan dipertebal dari saat ini sekitar tiga kali per pekan menjadi tujuh kali per pekan.

Selain kota di China, tegasnya, kota lain di Asia Tenggara juga masuk radar maskapainya. "Beberapa kota di Asia tenggara masih kita lihat mana yang bisa kita kembangkan," tegasnya.

Pahala mengharapkan prestasi Garuda tetap menjadi maskapai bintang 5 bisa mendorong penerbangan internasional dan tentu juga rute domestik.

"Di kuartal III dan IV, utilisasi pesawat dari 8 jam 6 menit menjadi 9 jam 30 menit. Ini mengimplikasi bahwa cost bisa menurun dan pendapatan bisa tumbuh signifikan, sehingga kami harapkan bisa meningkatkan kinerja," ungkapnya.

Dia juga mengharapkan ada peningkatan trafik 20% pada rute internasional sedangkan domestik sekitar 13%.

Menurutnya, industri penerbangan pada tahun lalu mengalami tekanan sehingga pertumbuhan pendapatan tidak sebagus tahun sebelumnya.

"Pada 2017 itu memang agak menurun. Perlu ada pengaturan tarif terutama fuel yang mulai naik sehingga perlu evaluasi tarif," katanya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Hendra Wibawa
Editor : Sutarno
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper