Bisnis.com, JAKARTA—PT Indosat Tbk. dan PT Hutchison 3 Indonesia akan memanfaatkan spektrum tambahan untuk mendongkrak kualitas layanan di area perkotaan mengimbangi pertumbuhan trafik data yang pesat.
Kementerian Komunikasi dan Informatika kemarin (30/10) mengumumkan Indosat dan Tri keluar sebagai peserta dengan penawaran tertinggi dalam lelang spektrum frekuensi 2,1 GHz. Kedua operator memenangi spektrum gelombang radio selebar 5 MHz di harga penawaran Rp423 miliar.
Wakil Presiden Direktur Tri Indonesia, M. Danny Buldansyah mengatakan tambahan spektrum di frekuensi 5 MHz akan membantu Tri menjawab kebutuhan kapasitas jaringan yang sudah mendesak, terutama di wilayah perkotaan.
Dia menjelaskan pertumbuhan teknologi dan digitalisasi membuat permintaan atas data melonjak sehingga permintaan atas kapasitas jaringan tumbuh pesat.
Tri adalah operator seluler dengan penguasaan spektrum frekuensi terkecil. Penambahan 5 MHz menjadikan penguasaan spektrum frekuensi Tri menjadi 25 Mhz dengan jumlah pelanggan sebanyak 54 juta.
"Mungkin spektrum lain yang bisa menunjang efisiensi industri dapat dipertimbangkan lagi untuk dapat dibuka bagi industri telekomunikasi," tutur Danny kepada Bisnis, Senin (30//10/2017)
Baca Juga Jokowi: Kendaraan Listrik Harus Dimulai |
---|
Group Head Corporate Communication Indosat Ooredoo, Deva Rachman mengatakan Indosat juga akan menggunakan tambahan spektrum frekuensi untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan di wilayah perkotaan.
Indosat adalah operator seluler yang paling agresif mendorong permintaan atas data lewat tarif yang rendah dan berbagai promosi bekerja sama dengan perusahaan over the top. Kedua strategi tersebut membuat jaringan Indosat di wilayah perkotaan sangat sesak.
Beberapa promosi yang digelar Indosat adalah tarif layanan suara seharga Rp1 per detik ke semua operator, akses tanpa kuota ke Facebook, dan penggunaan data di luar kota buat pengguna yang berlangganan layanan musik Spotify.
Trafik data Indosat melonjak 189,6% dari 157.628 TB pada semester I/2016 menjadi 456.453 TB pada semester I/2017. Namun, average revenue per user anak usaha Ooredoo asal Qatar tersebut merosot 13,3% dari Rp26.000 menjadi Rp22.500 pada periode yang sama.
"Kami akan terus meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan kami lewat frekuensi telah ditender pemerintah," tutur Deva.