Bisnis.com, JAKARTA - Era digitalisasi telah merambau seluruh aspek kehidupan di Tanah Air, salah satunya kegiatan pengumpulan dana masyarakat untuk sosial (filantropi). Fenomena tersebut tidak terlepas dari gemuknya pengguna internet di Tanah Air.
Berdasarkan riset Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) per Oktober 2016, pengguna internet di Indonesia mencapai 132,7 juta atau setara dengan 51,7% dari populasi. Fakta lainnya, jumlah pengguna telepon seluler diprediksi menembus 173 juta pengguna di tahun ini, sekitar 98% penduduk Indonesia memiliki satu akun media sosial dan pengguna Facebook dari Indonesia mencapai 80 juta orang, ke-4 terbesar di dunia.
Dini Indrawati Septiani, Associate Director of Philanthropy di lembaga nonprofit internasional yang bergerak di bidang lingkungan dan konservasi alam mengatakan kesadaran munculnya kekuatan platform online untuk beragam aktivitas, ternyata mampu menjadi alternatif kegiatan filantropi. Bahkan penggunaan platform tidak hanya dilakukan untuk menjaring lebih banyak donatur, tapi juga digunakan untuk melakukan monitoring dan evaluasi program itu sendiri.
"Dalam kegiatan konservasi, kami sudah lama memanfaatkan teknologi, termasuk teknologi komunikasi dan informasi. Penggunaannya merata dalam beragam aktivitas organisasi, terutama yang melibatkan stakeholders secara luas," ujarnya, Selasa (25/4/2017).
Sejak 2015, Dini dan lembaganya menjaring donatur dari beragam latar belakang dan warga negara untuk mendukung program konservasi alam di 69 negara termasuk Indonesia. Dan saat ini di organisasi lingkungan hidupnya, ada program community development untuk 600 desa hingga tahun 2020. Program community development termasuk di dalamnya pendidikan dan kesehatan, sehingga di satu desa membutuhkan waktu sekitar 3 tahun. Dengan target begitu besar dan jangka waktu singkat, maka mengoptimalkan penggunaan teknologi digital adalah salah satu kunci sukses organisasinya.
Lulusan Master Psikologi Intervensi Sosial jebolan Universitas Indonesia ini menyatakan kemajuan teknologi komunikasi berdampak luas dan positif untuk mengkampanyekan pentingnya konservasi lingkungan hidup dalam bentuk tindakan kesukarelaan.
"Jika kita sudah mampu mengintervensi dan membangun kesadaran publik akan pentingnya perlindungan lingkungan dan bersikap terhadap hal tersebut, terbuka beragam cara unuk mendapatkan dukungan pendanaan, temasuk melalui platform donasi online," ujarnya.
Sukseskan Program Sosial
Menurutnya, pemanfaatan teknologi digital untuk kegiatan sosial dan lingkungan adalah suatu keharusan, mengingat revolusi digital sudah merasuki hampir semua kalangan di Indonesia, termasuk kalangan bawah sekalipun. Maka itu, dirinya percaya sekali digitalisasi bisa sangat membantu kesuksesan program-program sosial di masyarakat. “Ironis jika kita tidak memanfaatkan kemajuan teknologi demi menunjang kegiatan sosial".
Dia menunjuk kesuksesan Kitabisa.com, situs penggalangan dana dan donasi secara online yang dirintis sejak 2013. Per April tahun ini, dana yang dikumpul Kitabisa.com dari publik mencapai Rp 100,16 miliar. Dana tersebut berasal dari 4.707 kampanye/proposal dan 275 ribu donatur.
Demikian juga dengan Dompet Dhuafa Republika (DD), yang lebih berpengalaman mengelola dana umat sejak 1994, juga mengalami perkembangan dana umat yang semakin besar, berkat pemanfaatkan teknologi internet serta praktek penggalangan dana yang baik.
Berdasarkan laporan keuangan Yayasan Dompet Dhuafa Republika 2015, penerima dana umat mencapai Rp 276,5 miliar. Zakat menjadi penerimaan terbesar, yakni Rp 147, miliar, disusul infak terikat Rp 44,5 miliar, dan infak Rp 37 miliar. Dari penerimaan itu, total penyalurannya Rp 269 miliar, yang terbesar untuk program kesehatan Rp 56 miliar. Berikutnya, program pendidikan Rp 51 miliar dan program ekonomi Rp 49 miliar.