Bisnis.com, JAKARTA - ICSF memprediksi kasus kebocoran data sebesar 2,6 terrabyte yang sempat terjadi pada perusahaan global Panama Papers dapat terjadi juga pada perusahaan di Indonesia jika tidak aware dengan sistem keamanan datanya.
Ardi Sutedja, Chairman Indonesia Cyber Security Forum (ICSF) mengemukakan saat ini data merupakan aset yang memiliki nilai sangat tinggi bagi suatu perusahaan seperti perusahaan perbankan dan perusahaan media di Indonesia.
Menurutnya, sampai saat ini masih banyak perusahaan yang belum memiliki kepedulian tinggi terhadap keamanan data, sehingga diyakini sangat rentan untuk dibocorkan seperti yang terjadi pada skandal kebocoran data Panama Papers yang berhasil dibobol sebesar 2,6 terrabyte termasuk 4,8 juta e-mail dan 2,2 juta file berjenis PDF.
“Ternyata sampai sekarang masih banyak perusahaan di Indonesia yang keamanannya kurang baik. Data itu kan sangat penting, itu adalah suatu aset perusahaan yang memiliki nilai tinggi,” tuturnya dalam acara diskusi bertemakan cyber security di Kantor TelkomTelstra Jakarta, Senin (11/4/2016).
Founder ICSF tersebut juga memprediksi pembobolan data pada perusahaan perbankan yang memiliki jutaan nasabah diyakini masih akan terjadi sepanjang 2016 di Indonesia. Menurutnya, perusahaan perbankan merupakan perusahaan strategis yang selalu menjadi target para peretas untuk dibobol datanya untuk kemudian digunakan pihak tertentu.
“Tahun ini kemungkinan masih pada perusahaan sektor perbankan ya, karena perusahaan perbankan itu sangat strategis dan memiliki jutaan data nasabah,” katanya.
Menurut Direktur Utama PT Indonesia Dirgantara Expo (IDEX) itu, perusahaan media juga diminta untuk berhati-hati terhadap berbagai aktivitas pembobolan data yang biasanya dilakukan dengan cara menyusupkan malware melalui e-mail karyawan di perusahaan media tersebut.
Menurutnya, skandal kebocoran data yang terjadi di Panama Papers juga berawal dari kesalahan manusia, bukan teknologi yang diterapkan oleh Panama Papers selama ini.
“Isu soal kebocoran data ini tidak melulu berasal dari teknologi perusahaan itu, hanya 10% kesalahan yang berasal dari teknologi perusahaan dan sebesar 90% berasal dari manusianya itu sendiri yang tidak aware dengan keamanan datanya,” ujarnya.
Secara terpisah, CEO TelkomTelstra, Erik Meijer juga berharap seluruh perusahaan dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari skandal kebocoran data yang terjadi pada perusahaan Panama Papers.
Menurutnya, mulai saat ini seluruh perusahaan harus mulai meningkatkan kepeduliannya terhadap keamanan data dengan cara mengamankan jaringan security dan cloud yang digunakan perusahaan tertentu.
“Jadi sebenarnya ada tiga yang menjadi permasalahan utama isu cyber security ini. Pertama, adalah people, kedua adalah proses dan ketiga adalah teknologi yang diterapkan. Perusahaan harus memahami betul persoalan ini,” tukasnya.
Skala Kebocoran Data Berdasarkan Ukuran Datanya:
Panama Papers
Tahun Kejadian: 2016
Kebocoran Data: 2,6 terrabyte.
Offshore Secrets
Tahun Kejadian: 2013
Kebocoran Data: 260 gigabyte
Luxembourg Tax File
Tahun Kejadian: 2014
Kebocoran Data: 4,4 gigabyte
HSBC Files
Tahun Kejadian: 2015
Kebocoran Data: 3,3 gigabyte
Kebocoran Data Panama Papers
Email: 4.804.618 email
Database Format: 3.047.306 file
File Dalam Bentuk PDF: 2.154.264 PDF
Dokumen Gambar: 1.117.026 gambar
Dokumen Teks: 320.166 dokumen
Lainnya: 2.242
Data: Indonesia Cyber Security Forum