Bisnis.com, JAKARTA - Aplikasi (sering disebut sebagai app saja) dewasa ini sering dilihat sebagai bagian terpenting ponsel pintar. Bagi banyak orang kemampuan buat memasang dan menjalankan app adalah hal yang membedakannya dengan ponsel “bodoh” atau feature phone.
Ponsel ‘bodoh’ pada dasarnya hanya dapat digunakan untuk menelepon dan mengirim SMS, dan menjalankan aplikasi sederhana seperti kalender dan alarm. App menambah kemampuan ponsel, dan menjadikannya sebagai peranti komputasi serba guna.
Kemampuan app ini untuk meningkatkan daya guna ponsel dilihat oleh banyak orang sebagai salah satu faktor yang membuat suatu platform kompetitif.
Mantan bos Nokia, Stephen Elop, memandang aplikasi sebagai salah satu unsur penting dalam ekosistem ponsel, selain unsur lain seperti iklan, layanan berbasis lokasi, dan e-commerce. Namun pentingnya aplikasi buat ponsel mungkin harus dipertimbangkan lagi.
Pendapat salah satu pengembang aplikasi ponsel, Birdly, cukup menarik. Aplikasi ponsel mungkin tidak sepenting yang dipikirkan banyak orang, dan tidak semua layanan atau tugas cocok dijadikan app.
Jean-Baptiste Coger, pengembang Birdly, menyebutkan beberapa kategori aplikasi yang ternyata populer: messaging , kalender, peta, surat elektronik, kamera, transportasi, jejaring sosial, berita, dan permainan (game).
Menurut Coger, semua aplikasi terse-but memiliki beberapa ciri yang sama: kontekstual, dan memanfaatkan berbagai fungsi utama ponsel, seperti kamera, informasi geolokasi, atau suara. Semuanya juga dirancang untuk digunakan pada waktu singkat, namun berulang-ulang. Dia berargumen bahwa aplikasi lain yang tidak memiliki ciri ini tidak akan dapat bertahan.
Tentunya tidak semua layanan harus berupa aplikasi ponsel. Langkah yang diambil Coger dengan Birdly adalah mengintegrasikan diri dengan aplikasi yang sudah ada, dalam hal ini Slack, aplikasi messaging yang ditujukan untuk keperluan bisnis. Salah satu alternatif lain yang sering dianjurkan adalah web (mobile web).
Langkah ini punya banyak kelebihan dibandingkan dengan aplikasi: penyedia layanan bisa dengan mudah menambah fitur tanpa perlu memperbarui aplikasi ponsel.
Mobile web juga sudah mulai memiliki berbagai kemampuan yang sebelum-nya hanya bisa dicapai lewat aplikasi, seperti akses ke perangkat keras (GPS, akselerometer, notifikasi), pem-bayaran, dan multimedia.
Mobile web tidak perlu instalasi aplikasi, dan karena itu tidak menuntut tempat banyak di ponsel. Yang terakhir ini, menurut Coger, merupakan salah satu alasan pengguna meninggalkan suatu aplikasi: ruang terbatas di ponsel menyebabkan orang harus memilih.
Di sisi lain pengembang juga mungkin enggan menciptakan aplikasi baru. Salah satu penyebabnya adalah pendapatan yang tidak sesuai harapan.
Menurut lembaga riset VisionMobile, pada awal 2015 sekitar 52% pengembang memperoleh pendapatan kurang dari US$1.000 per bulan, dan 35% malah kurang dari US$ 100. Bila ini terus berlanjut, insentif buat pengembang untuk menciptakan aplikasi baru mungkin akan berkurang.
Jadi bisa dibayangkan, sepanjang aplikasi itu tidak menghasilkan keuntungan bagi pengembangnya, bisnis aplikasi akan segera mati. Benarkah? Kita lihat saja nanti. ()