Kursi Roda Canggih dengan Kekuatan Pikiran

Tisyrin Naufalty Tsani
Minggu, 27 Desember 2015 | 04:00 WIB
Hanya saja, kursi roda itu masih dalam tahap pengujian.
Hanya saja, kursi roda itu masih dalam tahap pengujian.
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Penggemar superhero kreasi Marvel Comics, The X-Man pasti sudah akrab dengan sosok profesor Charles Xavier. Dalam film The X-man , Profesor X yang diperankan oleh Patrick Stewart mengalami kelumpuhan sehingga harus beraktivitas di atas kursi roda.

Berbeda dengan kursi roda kebanyakan, kursi roda yang dipakai Profesor X dijalankan tanpa menggunakan bantuan tangan, tetapi mengandalkan kekuatan pikiran. Ya, begitulah keseharian Profesor X yang sangat bergantung kepada kursi rodanya dalam kisah fiksi karya Stan Lee dan Jack Kirby.

Di dunia nyata, sosok yang lekat dengan kursi roda canggih adalah Stephen Hawking. Ilmuwan dunia asal Inggris itu didiagnosa mengidap penyakit saraf tulang belakang atau dalam dunia medis dikenal dengan istilah Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS).

Sejak usia 30-an, Hawking harus selalu bergantung kepada kursi rodanya. Sebagai profesor yang dekat dengan para ahli teknologi, kursi roda Hawking berbeda dengan kursi roda pada umumnya karena diperkuat oleh prosesor komputer Intel sehingga dapat bergerak hanya dengan perintah suara.

Namun, seiring dengan perkembangan teknologi kesehatan, kursi roda yang mengandalkan perintah suara dan gerak kepala bakal segera digantikan oleh kursi roda canggih yang bisa bergerak hanya dengan kekuatan pikiran.

Adalah Profesor Hung T. Nguyen dari University of Technology Sydney yang menciptakan kursi roda dengan kekuatan pikiran. Proyek yang terus dikembangkan sejak 2010 itu diberi nama Aviator.

Saat ini, profesor Nguyen menjabat sebagai Assistant Deputy Vice-Chancellor and Vice-President (Innovation) Director of the Centre for Health Technologies Provost and Faculty of Engineering and Information Technology di University of Technology Sydney.

Fokusnya adalah mendesain alat-alat olahraga untuk terapi dan alat-alat kesehatan berteknologi tinggi.

“Orang yang mengalami disabilitas cukup parah tidak dapat menggerakkan tangan mereka. Jadi kami ciptakan kursi roda hands free,” ujarnya di kampus Fakultas Teknik dan IT UTS, Sidney.

Kursi roda Aviator itu mengaplikasikan teknologi brain computer interface yang dikembangkan oleh seorang Doktor asal Borneo, Indonesia, Rifai Chai. Dengan sistem brain computer interface, gerak kursi roda merujuk pada perintah yang ditransmisikan oleh syaraf-syaraf otak.

Pada praktiknya, seorang penderita disabilitas akan dipasangi sensor sinyal syaraf otak yang melingkar di kepalanya. Sambil duduk di atas kursi roda, penderita kelumpuhan tinggal membayangkan objek yang ingin dituju atau membayangkan arah kanan dan kiri.

Setelah sensor menerima perintah dari gelombang otak, kursi roda akan bergerak ke tempat objek yang dimaksud. Selanjutnya, untuk membuat kursi roda berhenti, pengguna hanya perlu memejamkan mata.

SENSOR OBJEK

Tak perlu takut menabrak sesuatu karena kursi roda canggih tersebut dilengkapi dengan kamera 360 derajat sebagai sensor objek dengan radius lima meter di sekitar kursi roda. Kelebihan lainnya, Aviator juga diperkuat baterai listrik yang mampu menyuplai daya selama satu hari dan dapat dicharge ulang.

Ke depannya, Profesor berdarah Vietnam itu ingin membuat Aviator lebih ringan dan lebih lincah. Dengan komponen yang lebih efisien serta ongkos produksi juga dapat ditekan.

Di pasar Australia, Aviator bakal dilepas ke pasar dengan perkiraan harga A$15.000 atau sekitar Rp147 juta per unit.

Setelah sukses di negeri Kanguru, Aviator juga akan merambah pasar Amerika Serikat, Eropa, dan tentunya Asia, seperti China, Jepang, Vietnam, Malaysia, dan Indonesia.

Di Indonesia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebenarnya sudah berhasil mengembangkan kursi roda elektrik yang dikendalikan oleh pikiran. Sama halnya dengan karya Nguyen, kursi roda canggih itu dikendalikan lewat penerjemahan sinyal-sinyal listrik dari otak.

Hanya saja, kursi roda itu masih dalam tahap pengujian, kendati sudah dipresentasikan ke Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran yang juga bekerja sama dengan Rumah Sakit Hasan Sadikin untuk pengembangannya. Kita tunggu saja.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Minggu (27/12/2015)
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper