Bisnis.com, JENEWA – Badan Telekomunikasi Internasional (ITU) mengapresiasi perjanjian alokasi pita frekuensi 2.100 MHz antara Israel dan Palestina.
Lewat perjanjian tersebut, Palestina kini dapat membangun jaringan teknologi seluler generasi ketiga (3G) yang terpisah dari Israel.
ITU Secretary General Houlin Zhao meyakini perjanjian itu sebagai langkah awal pembangunan jaringan telekomunikasi pita lebar yang andal dan modern bagi rakyat Palestina.
“Semangat dari kerja sama dan kompromi yang ditunjukkan keduanya sangat diapresiasi oleh ITU. Kami memuji upaya mereka dalam menggapai hasil yang signifikan ini,” ujarnya dalam siaran pers di laman resmi ITU, Jumat (20/11/2015).
Sementara itu, Director of the ITU Radiocommunication Bureau François Rancy mengatakan badan PBB itu akan melanjutkan bantuan ke Palestina agar operator setempat bisa mengoperasikan jaringan telekomunikasi dan layanan nirkabel.
“ITU akan terus mengembangkan jaringan telekomunikasi dan layanan seluler di Palestina,” katanya.
Dua operator seluler di Palestina, Paltel dan Wataniya, masih menggelar layanan 2G karena tidak mendapatkan alokasi spektrum dari Israel. Padahal, kebutuhan data di negara itu sudah meningkat sehingga membutuhkan layanan 3G yang dapat menawarkan laju data hingga 14,7 Mbps.
Teknologi 2G digunakan untuk mengirimkan pesan singkat dan suara, sementara untuk akses data terbatas dengan kecepatan di bawah 1 Mbps.