Bisnis.com, JAKARTA– Sekalipun chipset merupakan komponen paling vital dari perangkat bergerak, namun kontribusi perangkat keras tersebut untuk harga sebuah ponsel hanya sekitar 20%.
“Dari segi nilai sebuah ponsel, chipset itu tidak lebih dari 20%. Tapi kalau dari fungsi 90% lebih. Percuma layar atau kamera secanggih apapun kalau tidak ada otaknya,” kata Direktur Pelaksana Qualcomm Indonesia Shannedy Ong kepada Bisnis.com belum lama ini.
Saat ini, ungkap dia, Qualcomm adalah pemasok chipset untuk ponsel 4G LTE Polytron Zap 5 yang dibanderol Rp1 juta. Begitupun dengan BOLT Powerphone E1 seharga sama yang baru meluncur awal pekan ini.
Shannedy mengatakan harga terjangkau tersebut dimungkinkan karena harga chipset sendiri berbeda-beda sesuai dengan kelas dari sebuah produk.
“Di Qualcomm chipset untuk ponsel 4G LTE itu ada tier-tier juga. Ada yang bawah, menengah, dan atas. Segmentasi ini harganya beda-beda sehingga mempengaruhi harga ponsel,” katanya.
Qualcomm, ujar Shannedy, akan merangkul sebanyak mungkin vendor ponsel di semua kelas baik global maupun lokal. Dia mengklaim langkah tersebut adalah sebagai bentuk dukungan dari rencana pemerintah untuk memperluas penetrasi pita lebar di masyarakat Indonesia.
“Ambisi kami adalah terus bekerja sama dengan produsen global dan lokal untuk memproduksi ponsel yang lebih terjangkau. Kami sudah mulai dengan Polytron, Andromax dan Bolt untuk ponsel 4G mereka.”