Dari Washington DC Tomas Bornegard, Presiden Asosiasi Suratkabar dan Pemberitaan Dunia (WAN-IFRA), mengungkapkan ancaman terhadap kebebasan berbicara dan berekspresi di banyak negara kini menghadapi ancaman cukup serius, seiring dengan kian banyaknya tekanan terhadap media atau bahkan pembunuhan terhadap jurnalis.
Saat ini, menurut dia, 83% penduduk dunia hidup tanpa menikmati kebebasan berbicara secara penuh akibat besarnya represi yang dilakukan pemerintah maupun pihak lain yang merasa dirugikan dengan pemberitaan media.
Pertemuan yang diikuti oleh sedikitnya 900 orang, mewakili 74 negara dari seluruh dunia, itu diselenggarakan kembali di AS setelah 20 tahun silam pernah terselenggara di negeri yang merupakan pengusung utama kebebasan berbicara dan kebebasan berekspresi tersebut.
Penyelenggaraan acara tahunan WAN-IFRA yang berlangsung di Hotel Hilton Washington di ibu kota AS tersebut merupakan upaya Asosiasi Suratkabar AS untuk kembali mempromosikan soal kebebasan pers yang dalam beberapa tahun terakhir mengalami gangguan di berbagai tempat di dunia.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry, menurut Tomas, sedianya dijadwalkan membuka kongres tersebut, namun batal hadir karena mendadak ada urusan kenegaraan.
"Kami tidak bisa memaksa beliau hadir di acara pembukaan ini."
Berkaitan dengan tingginya tekanan terhadap media yang secara tidak langsung juga mengancam kebebasan masyarakat, lanjutnya, industri dan pelaku media di seluruh dunia diharapkan menggelorakan kembali semangat kebebasan pers dan kebebasan berekspresi, dengan mengambil inspirasi dari bangsa Amerika, terutama Thomas Jefferson yang dianggap sebagai peletak dasar Amandemen Pertama pada Konstitusi AS tentang kebebasan berpendapat dan berekspresi tersebut.
"Penggeloraan semangat ini hendaknya kita lakukan bersama-sama. Seperti bunyi pepatah Afrika, jika Anda ingin pergi dengan tergesa-gesa, berangkatlah sendiri. Tapi kalau Anda ingin pergi jauh, merangkat bersama-sama," ujar Tomas yang berasal dari Swedia tersebut.
Menurut Marcelo Rech, Presiden World Editors Forum, selain terbunuh karena melaksanakan tugas jurnalistik, saat ini cukup banyak wartawan di seluruh dunia yang terpenjarakan maupun dalam tekanan akibat pemberitaan yang mereka hasilkan.
"Tidak ada kebebasan tanpa keberadaan kebebasan berkespresi. Sejak 1992, lebih dari 1.100 jurnalis di seluruh dunia terbunuh akibat tugas maupun karya jurnalistik yang mereka hasilkan. Ini harus dihentikan," ujar Marcel.
Sementara itu, 33 wartawan yang tewas di seluruh dunia selama 2015 dinyatakan sebagai peraih Golden Pen Award 2015. Ini merupakan penghargaan tertinggi WAN-IFRA yang sudah diselenggarakan sejak 1961.