Bisnis.com, JAKARTA — Komputasi awan (cloud) dirasa menjadi salah satu solusi menangani ledakan data yang diprediksi akan terjadi pada 2020. Di sisi lain, cloud tidak hanya menjadi solusi bagi ledakan data namun dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan bisnis.
Belum lama ini, International Data Corporation (IDC) mengeluarkan laporan survei seputar pemanfaatan cloud bagi perusahaan manufaktur. Riset menunjukkan 41% responden manufaktur di Amerika Serikat mengakses sumberdaya TI mereka melalui public cloud. Para analis IDC menemukan tren perusahaan manufaktur saat ini dan masa mendatang akan berbasis cloud.
Survei memperlihatkan penggunaan cloudmembawa keuntungan yang cukup signifikan bagi perusahaan. Pengeluaran perusahaan terhadap keperluan IT tradisional pun menurun. Sehingga para penyedia layanan cloudharus terus memperbaharui roadmap cloud mereka agar keuntungan bisnis terus berjalan.
Di Asia Pasifik sendiri trend cloud telah berkembang luas. Riset IDC menunjukkan 49% responden manufaktur di kawasan APAC telah beralih menggunakan cloud, baik yang publik maupun pribadi.
Temuan baru dalam riset ini adalah cloud akan menjadi standar de facto untuk operasi IT perusahaan selama 10 tahun mendatang. Standar ini diperuntukkan bagi perusahaan yang ingin beroperasi dan melayani pelanggan secara global. Perusahaan pun akan tergantung pada komputasi awan untuk mengakses informasi, sumber daya teknologi dan dukungan operasional.
Para penyedia layanan cloud pun sedang berada di tengah transformasi digital, dimana platform ketiga menjadi hal penting untuk berbisnis dan mengembangkan produk mereka. Penyedia cloud diharapkan meninjau jaringan dan komunikasi infrastruktur agar memaksimalkan layanan bisnis mereka. Strategi mengadopsi teknologi komputasi awan bisa menjadi dimanfaatkan untuk keuntungan bisnis baik untuk perusahaan pengguna maupun penyedia layanan.