PENELITI LIPI Temukan Spesies Baru Tikus Air di Sulawesi

Fatkhul Maskur
Selasa, 8 Juli 2014 | 04:50 WIB
Tikus air Sulawesi dan tikus air dari New Guinea tidak memiliki hubungan yang erat satu sama lain, begitu pula dengan tikus rumah dan tikus laboratorium. /jejak-bocahilang.com
Tikus air Sulawesi dan tikus air dari New Guinea tidak memiliki hubungan yang erat satu sama lain, begitu pula dengan tikus rumah dan tikus laboratorium. /jejak-bocahilang.com
Bagikan

Bisnis.com, CIBINONG -Tim penemu tikus jenis baru ini yaitu Kevin Rowe, Jacob Esselstyn dan Anang S. Achmadi, S.. Mereka menyatakan bahwa sebelumnya tikus semi akuatik lainnya hanya dikenal dari New Guinea, Australia, Afrika, dan Amerika Selatan.

Spesies ini sebelumnya hanya diketahui oleh orang-orang lokal di dataran tinggi barat Pulau Sulawesi, dan telah digunakan sebagai jimat oleh penduduk setempat untuk melindungi rumah mereka dari kebakaran. Seperti halnya tikus semi-akuatik lainnya, spesies ini memakan serangga air yang menempel di dasar aliran.

Penulis utama Kevin Rowe, Senior Kurator Mamalia dari Museum Victoria, mengatakan bahwa keanekaragaman hayati kepulauan Indo-Australia menginspirasi lahirnya teori seleksi alam. Para ilmuwan menggunakan urutan DNA untuk menunjukkan bahwa spesies baru itu bukan kerabat dekat dari spesies tikus air lainnya, termasuk dari New Guinea dan Australia.

Hal ini menunjukkan bahwa morfologi tikus air Sulawesi dengan spesies tikus air lainnya merupakan hasil dari evolusi konvergen yang berarti bahwa hewan ini mengalami evolusi ciri yang mirip sebagai hasil adaptasi dengan lingkungan.

“Tikus air Sulawesi dan tikus air dari New Guinea tidak memiliki hubungan yang erat satu sama lain, begitu pula dengan tikus rumah dan tikus laboratorium. Tetapi mereka hidup di lingkungan yang sama yang dapat menjelaskan morfologi konvergen mereka”, ungkap Esselstyn, Kurator Mamalia di Louisiana State University dan co-penulis penelitian.

Dikatakan oleh Anang S. Achmadi, peneliti dari Pusat Penelitian (Puslit) Biologi LIPI selaku co-penulis penelitian, bahwa penemuan tersebut secara signifikan memperluas pemahaman tentang keanekaragaman mamalia di Indonesia.

“Dengan ini kita juga bisa menyoroti kebutuhan untuk inventarisasi keanekaragaman hayati," jelasnya, Kamis (3/7/2014). Senada dengan hal tersebut, Rowe juga mengungkapkan bahwa Waiomys mamasae ini penting bukan hanya karena spesies baru, tetapi disebabkan karena bentuk ekologi yang baru bagi mamalia Sulawesi.

Masyarakat mengetahui hewan ini sebagai "balau wai," atau tikus air dalam bahasa mereka, Mamasa Toraja. Nama ilmiah, "Waiomys mamasae" yang berarti "tikus air Mamasa," mengakui pengetahuan mereka sebelumnya serta kontribusi mereka terhadap penemuan ilmiah spesies ini.

"Hutan di Mamasa merupakan hutan yang paling utuh di Sulawesi. Kondisi hutan yang baik adalah bukti orang-orang Mamasa sangat membatasi pembukaan hutan ke dasar gunung," kata Achmadi.

Pulau Sulawesi, terletak di persimpangan kepulauan Indo-Australia dan tetap terisolasi dari landas kontinen Asia dan Australia selama 10 juta tahun terakhir. "Sejarah Sulawesi menjelaskan bahwa pulau adalah rumah bagi banyak hewan aneh," Esselstyn mengakhiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Fatkhul Maskur
Editor : Fatkhul Maskur
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper