Bisnis.com, BANDUNG -- PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI) menargetkan pertumbuhan kinerja dan pendapatan pada 2014 ini.
Direktur Utama PT Inti Tikno Sutisna mengatakan dengan susunan manajemen baru, INTI siap meneruskan kinerja untuk mencapai target 2014 dan percepatan pertumbuhan yang telah ditetapkan.
“Pada 2014, INTI menargetkan perolehan pendapatan sebesar Rp 2,565 triliun atau setara dengan pertumbuhan 35% dari prognosa 2013,” kata Tikno dalam rilis yang diterima Bisnis, Rabu (16/4/2014).
Sementara untuk posisi laba bersih, korporasi menetapkan target sebesar Rp34,59 miliar atau meningkat 196,58% dari prognosa 2013.
Menurut Tikno, demi mendukung pencapaian target 2014 itu, INTI siap menjalankan sejumlah proyek strategis.
Proyek ini meliputi modernisasi jaringan telekomunikasi kabel tembaga menjadi fiber optik di kawasan eksisting yang juga dikenal dengan Trade in Trade off (TITO) serta pengadaan dan pemasangan outside plant (OSP) Fiber to the Home (FTTH) untuk kawasan pelanggan dan perumahan baru (FTTH Greenfield).
“Kedua proyek tersebut merupakan proyek milik PT Telkom,” lanjut Tikno.
INTI tidak hanya menggarap kedua proyek tersebut. Tikno mengatakan, perusahaan ini juga siap menggarap SMP BBM bersubsidi milik PT Pertamina (Persero) di seluruh Indonesia.
Paralel dengan pengerjaan proyek, INTI juga mengaku siap eksis lewat produk-produk unggulannya.
Tahun ini, INTI siap mengandalkan Home Gateway, i-Perisalah Smart Meeting, Fiber Termination Management System (FTMS), Fiber Monitoring System (FMS), Electronic Data Capture (EDC), Smart Clinic, aksesoris FTTH, antena, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), Spare Part Management System (SPMS), dan perangkat Radio-Frequency Identification (RFID).
Bahkan, demi mendukung bisnis korporasi dan ikut mendorong kebangkitan industri dalam negeri, INTI melalui anak perusahaannya, PT INTI Pindad Mitra Sejati (IPMS) telah meresmikan fasilitas produksi kabel dan aksesoris serat optik serta pabrik elektronik berbasis radio frequency identification (RFID) bernama PT INTI Global Optical Communication Indonesia (IGOC) pada 28 Februari 2014.
Fasilitas produksi yang berlokasi di Jalan Moch. Toha No225 Bandung itu merupakan perusahaan patungan dengan kepemilikan saham antara anak usaha INTI sebesar 25 persen dan Global Optical Communication Co., Ltd. asal Korea sebesar 75%.
Selain mengantongi formasi direksi baru, INTI pun mencatatkan peningkatan kontrak penjualan yang signifikan pada 2013.
Perusahaan pelat merah itu membukukan peningkatan kontrak penjualan sebesar 183,51% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp5,457 triliun.
Menurut Tikno perolehan kontrak penjualan yang jauh melampaui target 2013 sebesar Rp 3,016 triliun itu merupakan kontribusi proyek Sistem Monitoring dan Pengendalian Bahan Bakar Minyak (SMPBBM), modernisasi jaringan akses telekomunikasi kabel tembaga menjadi fiber optik yang dikenal dengan proyek trade in trade (TITO), proyek trading dan maintenance pada sejumlah operator, serta penjualan product genuine INTI.
“Perolehan kontrak penjualan 2013 merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah INTI,” ujar Tikno.
Tikno mengatakan pihaknya optimis kinerja korporasi pada tahun 2014 akan semakin baik. Hal positif itu terlihat dari total nilai kontrak korporasi yang hingga 31 Desember 2013 tercatat sebesar Rp 6,494 triliun.
Nilai tersebut mayoritas berasal dari proyek SMPBBM, sedangkan sisanya berasal dari proyek TITO dan Fiber to the Home (FTTH) di kawasan baru.
INTI sendiri memiliki formasi baru direksi masa jabatan 2014-2019.
Direksi baru ini merupakan hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) 2013 yang digelar di Kementerian BUMN, 19 Maret 2014 lalu.
Sebelumnya direksi periode 2012-2014 adalah: Tikno Sutisna (Direktur Utama), Adiaris (Direktur Operasi dan Teknik), Andy K Saputra (Direktur Keuangan), Dayu Padmara Rengganis (Direktur Corporate Services).
Berdasarkan Kepmen BUMN No SK56/MBU/2014 tentang pemberhentian dan pengangkatan anggota-anggota direksi Perusahaan Perseroan PT INTI yang baru, susunannya menjadi: Tikno Sutisna (Direktur Utama), Adiaris (Direktur Operasi dan Teknik), Nilawati Djuanda (Direktur Keuangan).
Nilawati sebelumnya menjabat sebagai Senior Manager Maintenance Service Center PT Telkom juga Komisaris PT Pasifik Satelit Nusantara.
Bersama dua direksi lama, Nilawati akan memegang tanggung jawab sampai 2019.