Suku Bunga Makin Tinggi, Penetrasi PC Melambat

Herdiyan
Selasa, 7 Januari 2014 | 21:49 WIB
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Suku bunga yang tinggi disinyalir menyebabkan penetrasi personal computer (PC) semakin lambat sehingga Indonesia jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga.

Pemerhati teknologi informasi (TI) Muhammad Ma’ruf menilai kepemilikan PC semakin susah karena lembaga pembiayaan masih memungut bunga tinggi, di kisaran 35%-40% per tahun. "Bagi mayoritas masyarakat, mendapatkan kredit juga bukan perkara muda," ujarnya, Selasa (7/1/2014).

Tingginya bunga kredit ini jelas memberatkan debitur, apalagi rata-rata bunga kredit bank saat ini hanya 12%, lebih tinggi dari suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) yang cuma 7,5%.

Menurutnya, suku bunga lembaga pembiayaan (multifinance) masih terbilang tinggi. Dari kacamata konsumen, selain memperoleh harga barang yang terjangkau, mereka mengharapkan tenor pembayaran yang lebih panjang dan bunga cicilan yang lebih lunak.

Oleh karena itu, kata Ma’ruf, konsumen mesti diingatkan dengan kondisi ini. “Jangan sampai mereka terlena hanya karena bisa mencicil tanpa harus membayar tunai sehingga melupakan jerat bunga multifinance yang tinggi ini,” ujarnya.
 
Ma’ruf mendukung desakan agar suku bunga di lembaga pembiayaan bisa diturunkan dan kemudahan akses memperoleh kredit tersebut.

Menurut dia, rezim suku bunga murah akan mendorong perkembangan sektor riil, khususnya ritel. Suku bunga rendah juga membuat daya beli masyarakat juga meningkat sehingga ini akan mempercepat penetrasi komputer di masyarakat, terutama di kalangan menengah ke bawah.

Dia menjelaskan penetrasi komputer di Indonesia masih terbilang rendah dibandingkan dengan penetrasi negara tetangga sesama anggota Asean. Hal ini ironis mengingat cakupan industri information and communication technology (ICT) Indonesia telah mencapai angka lebih dari 90%.

Penetrasi PC, seperti komputer meja, jinjing, dan komputer tablet di Indonesia masih tergolong rendah, yaitu hanya sebesar 5%-6%. Artinya, dari 100 orang, hanya 5-6 orang yang mampu mengakses dan menggunakan PC.

Banyak faktor yang menyebabkan masih rendahnya penetrasi PC di Indonesia. Secara global, rendahnya penetrasi ini bisa dilihat dari penggunaan Internet serta kepemilikan dan penggunaan PC.

Untuk Internet, Indonesia hingga saat ini masih berkutat untuk membangun penetrasi Internet melalui jaringan broadband, baik fixed broadband maupun wireless atau mobile broadband.

Faktor lainnya adalah distribusi pemanfaatan teknologi yang masih terpusat di kota-kota besar. Ini tentu menjadi penyebab kesenjangan pemanfaatan teknologi di kalangan masyarakat, terutama kalangan menengah ke bawah.

Kesenjangan ini pula yang menyebabkan sebagian besar masyarakat merasa harga PC di tanah air masih terbilang mahal. Padahal, sejumlah vendor mengaku telah menjual PC dengan rentang harga beragam, mulai Rp 3 jutaan hingga belasan juta, bahkan puluhan juta.

Direktur Marketing PT Acer Indonesia Daniel Rustandi mendukung lembaga pembiayaan mengoreksi suku bunga yang tinggi itu. Maklum, dengan suku bunga rendah, tentu akan mempermudah akses kalangan menengah ke bawah untuk memiliki PC.

“Mereka mendapat kemudahan pembayaran yang tidak lagi dilakukan secara tunai. Mereka bisa mencicil dengan harga dan bunga yang wajar,” ujarnya.

Dia tak menampik bahwa keberadaan multifinance ini mampu mendongkrak pasar PC akan semakin bergairah. Tentu saja, bila bunga tidak setinggi sekarang, pasar dipastikan bakal makin bergairah.

“Saya melihat tingginya suku bunga ini juga memperlambat penetrasi PC di kalangan masyarakat, khususnya kalangan menengah ke bawah. Jangan lupa, penurunan suku bunga ini juga harus diikuti dengan edukasi kepada masyarakat akan manfaat produk-produk TI, terutama PC, smartphone, dan tablet,” tambahnya.

Daniel mengaku tidak terlibat langsung terkait dengan lembaga pembiayaan ini karena posisinya sebagai vendor, bukan agen.

“Tugas kami sebagai vendor secara terus-menerus mengeluarkan produk-produk dengan harga terjangkau. Tugas agen adalah menjualnya kepada masyarakat,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Herdiyan
Editor :
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper