Bisnis.com, JAKARTA - Lain di sana lain di sini, populasi pelanggan BlackBerry di Indonesia ternyata tak terpengaruh dengan serbuan ponsel pintar ataupun tablet berbasis sistem operasi Android.
Kebangkrutan BlackBerry—yang akhir diakusisi Fairfax—sudah bisa ditebak, karena itu hanya tinggal menunggu waktu saja.
Pelanggan BlackBerry & Seluler Telkomsel Januari-September
Pelanggan | 2013 | 2012 | Perubahan |
BlackBerry | 7,02 juta | 5,13 juta | 37% |
Broadband/Flash | 12,67 juta | 8,66 juta | 46,2% |
Seluler | 127,90 juta | 121,48 juta | 5,3% |
Sumber: Info Memo Telkom
Fakta secara global memang menunjukkan BlackBerry—sering dipanggil BB—makin kehilangan pasar. Data Gartner menyebutkan pangsa pasar BlackBerry tinggal 2,7% dari total penjualan ponsel dunia selama kuartal II/2013 atau periode April-Juni 2013. Bandingkan dengan ponsel dan tablet Android yang menguasai 79% pasar.
Gartner memperkirakan secara totalpangsa para BlackBerry tahun ini tinggal 1% saja. Tahun ini peranti BlackBerry diperkirakan terjual 23,1 juta unit atau 0,99% dari total ponsel dan tablet sebesar 2,3 miliar unit.
Apakah ini pertanda ‘kiamat kecil’ bagi BlackBerry? Untuk level gobal jawabannya ya. Namun, untuk pasar Indonesia sepertinya justru mengalami anomali.
Pelanggan BlackBerry di Tanah Air justru terus meningkat ketika pasar ponsel pintar itu mulai tenggelam. Buktinya, pelanggan BlackBerry Telkomsel—anak perusahaan Telkom—justru meningkat tajam.
Data Telkom menunjukkan pelanggan BlackBerry Telkomsel per September 2013 mencapai 7,02 juta nomor atau naik 37% dibandingkan dengan Januari—September 2012 yang mencapai 5,13 juta.
Hebatnya lagi, laju pertumbuhan pelanggan BlackBerry itu jauh melebihi laju pertumbuhan total pelanggan seluler Telkomsel yang hanya tumbuh 5,3% menjadi 127,9 juta nomor.
Pertumbuhan pelanggan BlackBerry dari Telkomsel bisa menjadi tolok ukur karena Telkomsel menguasai 55% pelanggan seluler di Tanah Air.
Dengan fakta seperti itu, apakah kita harus berbangga diri bahwa Indonesia masih menjadi pasar yang menggiurkan bagi BlackBerry? Atau kita justru merasa risih karena pengguna ponsel di dunia mulai meninggalkan teknologi BlackBerry.
Semuanya terpulang kepada Anda. Teknologi tidak mengenal batas. Sepanjang masih bermanfaat, tidak ada alasan untuk meninggalkan BlackBerry.
Hanya saja, kita harus mulai realistis dan bisa menerima kenyataan kalau kelak layanan BlackBerry tidak seprima dahulu.
Maklum, keuangan BlackBerry tengah limbung. Laporan keuangan Kuartal I (April-Juni) tahun fiskal 2013/2014 yang berakhir Juni 2013 menunjukkan RIM masih merugi US$84 juta (sekitar Rp0,92 Triliun), kendati mampu meraih omzet penjualan US$3,1 miliar (sekitar Rp34,1 triliun).
Kita berharap BlackBerry tak mengendurkan layanan pelanggan dalam kondisi seperti itu.
Satu hal masih kita tunggu adalah efek BBM via Android untuk menguji kesetiaan pelanggan BlackBerry di Tanah Air.
Fitur BBM kini bisa dinikmati di ponsel ataupun tablet berbasis Android. Para pengguna BlackBerry kini mulai ‘mempensiunkan’ BB mereka, karena layanan BBM via Android konon tarifnya lebih murah karena berbasis Internet.
Artinya, pulsa akses BBM tersebut dapat menumpang paket pulsa Internet ponsel Android. Jadi, pelanggan seluler tidak harus menambah kocek lagi demi mengaktivasi BlackBerry melalui operator.
Apakah gempuran BBM via Android itu mampu mengurangi populasi pelanggan BlackBerry di Tanah Air? Kita tunggu saja.
Penjualan Ponsel dan Tablet Berdasarkan Sistem Operasi 2012-2013 (ribu unit)
Sistem operasi | 2012 | 2013*) |
Android | 505.509 | 879.910 |
Windows | 346.468 | 331.559 |
iOS/MacOS | 212.875 | 271.949 |
RIM | 34.584 | 23.103 |
Lainnya | 1.118.004 | 809.912 |
Total | 2.217.440 | 2.316.433 |
Source: Gartner (OKtober 2013)
Ket: *) Prediksi