Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah diminta menyiapkan aturan yang matang sebelum menyetujui penggunaan extended global system for mobile communication (EGSM) yang diajukan oleh sejumlah operator telekomunikasi.
Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan penggunaan EGSM di Indonesia bisa jadi memicu kerancuan jika tidak ada aturan dan pengelolaan yang jelas. Kepemilikan frekuensi dan penataan setelahnya, kata dia, adalah hal yang harus diperhatikan pemerintah.
“Misalnya Telkomsel mau pakai frekuensi Flexi di 850MHz untuk EGSM itu tidak bisa begitu saja karena entitas berbeda, harus ada aksi korporasi,” ujar dia saat dihubungi Bisnis, Senin (5/8/2013).
Menurut dia jika benar Telkomsel akan melakukan hal itu pemerintah perlu mengatur mekanismenya apakah sama seperti rencana konsolidasi XL dengan Axis atau melalui tahapan lain.
Heru menegaskan berdasar aturan yang ada kepemilikan frekuensi tetap tidak bisa begitu saja dipindahtangankan.
Selain Telkomsel operator telekomunikasi lain yang berminat menggunakan EGSM adalah Indosat. Mereka sudah mengajukan permohonan menggunakan sebagian frekuensi StarOne untuk EGSM sejak dua bulan lalu ke Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
Heru menyebutkan rencana Indosat bisa saja terealisasi, karena blok yang mereka tempati hanya dipisahkan oleh guard band. “StarOne pakai 2,5MHz itu maksimal yang bisa digunakan Indosat untuk EGSM kecuali mereka mau pakai guard band juga, mereka ini kan satu perusahaan,” kata dia.
Menurut dia “pencaplokan” guard band bisa saja dilakukan, tetapi akan berbuntut pada kondisi guard band lainnya. Dia meyakini operator bakal memperebutkan guard band jika memang boleh digunakan. “Harus ada justifikasi dahulu agar tidak ada kekacauan.”
Dia menyebutkan spektrum 850MHz mengadopsi band A dan band B yang masing-masing terdiri dari tujuh blok. Pada band B empat blok pertama digunakan Smtarfren dan dua blok berikutnya dipakai StarOne .
Band A dibagi menjadi 2 wilayah coverage yakni Jakarta Banten dan Jawa Barat (JBJB) di mana tiga blok pertama diisi Esia (Bakrie Telecom) blok berikutnya kosong dan blok berikutnya Flexi (Telkom). Adapun di luar JBJB tiga blok pertama diisi Telkom blok berikutnya kosong dan blok berikutnya digunakan Bakrie Telecom. Heru menyebutkan masih ada lagi band yang tidak dialokasikan namun bisa dipakai di JBJB.