Memimpin Bank Saudara memasuki masa keemasan setelah sempat diterpa krisis 1998 adalah prestasi yang tak bisa dipungkiri dari Yanto M. Purbo. Kini bank tersebut banyak diincar pemodal asing.
Lalu apa kiatnya sebagai chief executive officer dalam membesarkan bank milik pengusaha Arifin Panigoro itu? Bisnis mewawancarainya bleum lama ini. Berikut petikannya :
Bagaimana perjalanan karier Anda hingga menjadi seorang bankir?
Saya dulu sekolah, waktu awal ingin menjadi psikolog. Kebetulan ayah saya seorang tentara yang penempatan di New York. Saya analisa ulang. Psikolog kan harus berbahasa aktif. Saya akhirnya bertanya kepada orang tua, enaknya gimana?
Akhirnya saya memilih sekolah di jurusan banking. Kemudian saya melamar di Chase Manhattan Bank, sekarang JP Morgan, diterima. Saya kemudian di tempatkan kawasan Asia Pasifik. Akhirnya dipilih Jakarta.
Kemudian setahun merasa tidak cocok, saya memilih pindah ke bank swasta. Setahun untuk saya pengalaman di bank asing itu cukup untuk melanjutkan bank swasta. Saya melamar ke Bank Duta. Pada 1984 saya ke Bank Duta.
Di Bank Duta saya membidangi corporate banking. Kemudian saya ditempatkan pada Manager Bisnis Regional Jawa Barat sepanjang 1991—1994.
Kapan hijrah ke Bank Saudara?
Pada 1994 pindah ke Bank Saudara. Saya berdua dengan Pak Farid [Komisaris Utama Bank Saudara Farid Rahman]. Beliau menjadi Dirut saya Direktur Bisnis dan Operasi.
Bagaimana kondisi pasang surut perusahaan yang Anda pimpin?
Bank Saudara waktu itu milik Pak Arifin [Chairperson Medco Group Arifin Panigoro]. Beliau akuisisi Bank Saudara pada 1992 senilai Rp25 miliar. Namun, sebenarnya usia Bank Saudara jauh lebih tua dari itu.
Awalnya pada 1906 perusahaan ini bersifat simpan pinjam, karena pada zaman kolonial kan nggak ada bank milik pribumi. Pada 1955 menjadi bank tabungan. Pada 1974 menjadi PT. Sebelum diambilalih Pak Arifin pada 1992, pemegang saham mencapai 2.600 orang. Perusahaan public nonlisted. Namun, listed pada 2006.
Pada 1998 Bank Saudara sempat mengalami kesulitan likuiditas. Bank Saudara kena pukulan bersama sejumlah bank lain. Bank semua banyak di rescue dari BLBI [Bantuan Likuiditas Bank Indonesia], tetapi kalau Bank Saudara berjalan sendiri.
Padahal, CAR [capital adequacy ratio] sempat minus 4%. Kemudian, secara bertahap BI memberikan aturan CAR boleh 4%, akhirnya kami menjadi pasien BI. Kami mencoba dan menjadi pasien BI dalam rangka pemulihan Bank Saudara. Namun, nggak dapat suntikan dana.
Pak Arifin menyuntik sendiri agar sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan BI. Bertahap kami perbaiki neraca Bank Saudara. Kami juga melakukan efisiensi. Semula mobil direksi mobil Eropa kami ganti menjadi Corolla atau ganti Corona bekas. Saya termasuk karena direksi.
Semua efisiensi dilakukan, termasuk kepala divisi semula Corolla ganti Kijang. Semua bekas. Kami melakukan banyak penghematan. Kami memberikan contoh kepada teman-teman.
Waktu terus berjalan, pada 2005 kami benar-benar lepas dari krisis 1998. Namun, kami berusaha sangat keras. Kalau di buku neraca itu kan agar cantik laba ditahan, tetapi kami rugi ditahan. Syukurlah pada 2005 kami lepas dari kerugian dan utang.
Selanjutnya, kami harus berbuat sesuatu untuk menjadi perusahaan public. Baru pada 2006 go public. Sejak ini Bank Saudara mempunyai nilai tambah dari bank lain.
Situasi tersulit apakah yang pernah dihadapi perusahaan dan bagaimana Anda memecahkannya?
Ya pada 1998 itu. Kami harus survive dan menjadi pasien BI. Pasien yang rajin, kami ikuti saran BI. Akhirnya survive. Kemudian masa sulit pada krisis global 2008. Waktu itu dari sekitar 300-350 emiten sebanyak 80 emiten mengalami saham drop mencapai nilai 50 perak.
Kami di capital market community, dibilang saham gocap. Dari kelompok bank sendiri ada 28 emiten. Ini PR [pekerjaan rumah] agar saham baik. Kami harus membuat saham kembali normal. Tindakan banyak dilakukan. Kami buka cabang. Kami harus berbicara ke depan akan besar.
Akhirnya lambat laun dengan peformace kita, orang melihat kalau harganya itu patut dikoleksi. Kami juga ada MSOP [management stock option plan] dan ESOP [employee stock option plan] untuk mendongkrak saham.
Kemudian saham kami naik menjadi 200-an. Begitu terdengar 29 Juli [2012] di announcement [umumkan] ambil alih investor naik ke 400-an. Sekarang ke market sudah 600-an.
Pernahkah Anda mengambil keputusan keliru yang kemudian Anda sesali?
Dalam mengambil keputusan jangan takut salah. Namun, harus dipahami bagaimana me-manage risikonya.
Pernahkah Anda mengambil keputusan yang sangat sulit dan dilematis? Bagaimana hasil akhir dari keputusan Anda tersebut?
Ada. Saat di Bank Duta. Seumur hidup pengalaman tak pernah terlupakan. Saya mendapat tugas dari pusat waktu ditempatkan di Bandung. Waktu itu ada peralihan manajemen Bank Duta mau diambil pemerintah era 1990-1992.
Direksi semua dicopot diganti dari manajemen BUMN. Mereka masuk manajemen baru ingin segala macem. Waktu itu di Banding diangap karyawan 215 terlalu banyak. Harus dipotong menjadi 66% orang. Itu tugas sangat berat saya karena menjadi regional business manager.
Saya menganalisis cabang termasuk karyawan. Kebutuhan karyawan bagaimana. Sistematika agar berjalan terus tumbuh dengan pengurangan karyawan 33%. Apalagi saya tak ada background pemimpin cabang, tetapi dari corporate. Tentu itu memakan waktu, saya panggil pimpinan cabang. Kemudian meminta pengertian masing-masing person.
Apa keputusan Anda yang dianggap paling monumental atau paling strategis sehingga mampu membawa perusahaan dalam kondisi seperti sekarang ini?
Budaya kerja. Namanya BEST. B itu bersih lingkungan dan hati. E adalah efisien waktu dan efisien kerja. S adalah senyum dan sapa. T itu tertib administrasi dan waktu. Itu saya tumbuhkan kepada karyawan.
Hal kedua, Bank Saudara karyawan ada 1.800. Dari waktu ke waktu setiap cabang harus memberikan pencerahan. Pada saat pelantikan pimpinan cabang saya kumandangkan sembilan kode etik bankir dari IBI [Ikatan Bankir Indonesia]. Salah satunya agar tak memperkaya pribadi. Menjauhkan kepentingan dari bank.
Jika terjadi krisis langkah prioritas apa yang akan Anda lakukan agar perusahaan survive?
Efisiensi. Saya selalu terapkan. Saya mulai melatih dari sekarang. Misalnya waktu makan siang lampu diminta dimatikan, AC juga. Apabila masa krisis datang lagi, saya kira akan membawa teman-teman ke dalam posisi satu kapal.
Jadi kami akan menyampaikan bahwa bersama-sama dalam satu kapal kalau mau keluar dari krisis mengikuti nahkhoda.
Apa rencana-rencana aksi korporasi yang akan direalisasikan dalam 1-2 tahun mendatang?
Kedepan kami akan terus mengikuti aturan BI. Namun kedepan intinya kami akan bersanding dengan WooriBank [investor baru Bank Saudara dari Korea Selatan]. Kalau kita lihat Korea maju menjadi Macan Asia kami ingin bersanding. Rasanya Pak Arifin ada visi luar biasa.
Kami sendiri ada program yang dimulai pada 2010. Kami ingin menuju aset Rp10 triliun. Pada akhir 2010 survive Rp5 triliun. Pada 2012 kami mencanangkan RP7,5 triliun dan pada 2013 Rp10 triliun.
Bagaimana Anda mempersepsikan dan memperlakukan nasabah atau konsumen? Bagaimana Anda mempersepsikan pesaing?
Bank Saudara banyak kredit kepada pensiunan. Jadi bersifat retail banking atau besar di consumer, karena banyak pensiunan. Jadi mereka ini kan orang tua perlu dirawat. Kalau kami sebagai anak orang tua, kami ingin menyenangkan mereka.
Seperti kalau mereka terima gaji pensiunan, kami kan ditunjuk Taspen, kami ingin mereka happy. Kami buatkan tenda, makanan khas bagi mereka masing-masing. Ini termasuk salah satu visi dan misi. Poinnya agar pelayanan nasabah secara personal tanpa pandang bulu.
Apabila ada karyawan yang menentang kebijakan perusahaan bagaimana Anda memperlakukannya?
Saya orangnya bisa menerima pendapat orang. Walaupun otomatis memutus itu final dari pimpinan. Namun kalau dalam forum saya minta pendapat. Kalau ke cabang saya suka dengar sampai unit di cabang. Saya ingin semua berinteraksi dengan saya.
Bagaimana Anda mencapai posisi puncak di perusahaan ini? Siapakah orang dibalik sukses Anda?
Yang pasti saya dari awal punya kedua orang tua selalu mengingatkan agar menjaga nama baik keluarga dan nama baik diri. Kedua orang tua selalu menasehati.
Sudah pasti berikutnya adalah keluarga. Mereka bisa mengerti posisi saya di kantor. Selanjutnya ya lingkungan atau teman-teman di Bank Saudara.
Apakah Anda menyiapkan kader atau CEO pengganti Anda nanti? Bagaimana cara kaderisasinya?
Benar, saya harus menyiapkan. Ini juga pesan dari pemegang saham mayoritas saat ini. seperti saya mendapatkan promosi darinya. Ini saya lakukan untuk kaderisasi di bawah saya selanjutnya.
Saya menyiapkan kader dengan melihat keseharian. Namun, pada waktu posisi berikutnya saya adakan self assessment test, jadi semua kepala divisi memiliki kesempatan menjadi direksi. Self assessment test kan ada ukuran selain sehari-hari. Kami minta konsultan luar untuk menguji.
Bagaimana cara Anda menggerakkan orang-orang atau memotivasi karyawan untuk mencapai tujuan atau target perusahaan?
Saya kalau setiap ada pelatihan untuk staf biasa menjadi officer berusaha memberikan semacam speech di depan mereka. Memberikan motivasi. Dari sekarang berangkat dari staf akan menjadi officer direksi mempunyai penilaian kalian ini semua mampu.
Apa yang Anda persiapkan untuk menghadapi masa pensiun nanti?
Kalau saya ini bukan tipe seperti orang kebanyakan, pergi ngajar setelah pensiun. Itu bukan tipe saya. Saya berkeyakinan dengan pengalaman ini bisa dimanfaatkan menjadi advisor, konsultan, atau komisaris. Bisnis ritel juga kepikiran.
Bagaimana Anda menyeimbangkan urusan keluarga dan pekerjaan?
Kalau Sabtu Minggu saya usahakan bersama keluarga apabila nggak ada urusan kantor. Saya ini kan kantor ada dua Jakarta dan Bandung, keluarga suka ditinggal di weekdays. Jadi akhir pekan harus bersama mereka.
Bagaimana cara menjaga kesehatan atau berolahraga?
Saya kan suka olahraga saya golf. Bukan arti rutin, biasanya pemain undangan atau saya mengundang. Itu kesenangan saya. Bowling dan basket juga saya juga suka. Saya juga ada treadmill.
Siapakah tokoh idola Anda?
Mahatma Gandi dan Mother Theresa. Tokoh menuh dengan kesahajaan. Tapi belakangan ini saya juga suka Jokowi [Gubernur DKI] dan Dahlan Iskan [Menteri BUMN]. Mereka bersahaja [sembari tertawa].
Apakah obsesi atau keinginan Anda yang belum tercapai?
Obsesi saya nggak ada yang muluk lagi ke pekerjaan. Karena pekerjaan dulu atau sekarang jalani tugas saja. Saya ingin melihat keluarga saya berhasil. Saya ada dua anak perempuan saya ingin kedua anak saya jauh lebih baik dari saya. Biar saja rumah saya kecil di sebelah sungai Pesanggrahan, asal anak-anak saya berhasil.
Anda sepertinya sangat sederhana dibandingkan dengan bankir lain. Bagaimana komentar Anda?
Rumah saya hanya di Pesanggrahan. Pada 2007 pernah terkena banjir akses keluar saja nggak bisa. Saya tidak menuntut harus mempunyai apartemen top atau harus punya Pondok Indah. Saya sudah happy seperti ini. Murni dari gaji. Nggak ada lain, semua hidup ini dari Bank Saudara.