BISNIS.COM, JAKARTA-Industri periklanan digital telepon seluler masih dihadang sejumlah masalah terutama terkait dengan spam. Selain mengganggu, spam dapat memicu ketidakpercayaan masyarakat.
Ketua Umum Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) Harris Thajeb mengatakan pertumbuhan iklan digital memang selalu tumbuh 100% setiap tahun. Namun, hanya berkontribusi sebanyak 3% dari total belanja iklan digital nasional.
“Banyaknya keluhan mengenai produk dan tawaran tidak jelas pada iklan spam menjadikan masyarakat enggan untuk mengaksesnya. Padahal, potensi pemanfaatan iklan melalui media ini sangat potensial,” katanya, Selasa (30/4/2013).
Dia menambahkan upaya yang ditempuh perusahaan periklanan untuk meyakinkan konsumen biasanya dengan menggandeng media massa yang sudah dipercaya masyarakat. Selain itu, operator telekomunikasi juga harus mengawasi dan menyaring bentuk iklan serupa.
Sayangnya, sebaik apapun upaya yang dilakukan untuk menghambat pertumbuhan spam ini, pembuat iklan selalu menemukan bermacam cara untuk tetap mempromosikannya. Dia mencontohkan iklan kredit tanpa agunan, racun tikus atau obat kuat.
Upaya yang bisa dilakukan untuk tetap mendapatkan respon dari masyarakat dunia maya adalah dengan membuat iklan dengan tampilan yang menarik. Sebisa mungkin harus bisa meng-engage calon konsumen.
"Tentu saja, perusahaan harus melakukan riset mengenai target iklan mereka sesuai dengan relevansi produk".