Bisnis.com, JAKARTA - Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) menilai generative AI visual seperti OpenArt atau Art.ai masih belum ada legal.
Ketua Umum P3I Janoe Arijanto mengatakan hal ini dikarenakan sumber data visual kecerdasan buatan tersebut belum dapat dideteksi.
Dengan demikian, masih belum ada yang dapat menjamin hasil desain dari kecerdasan buatan itu sah untuk digunakan.
“Kalau kita amati generative AI terutama yang visual, tidak ada yang mengklaim kalau mereka adalah legal. Semuanya beta,” ujar Janoe pada paparannya di Ideafest 2023, Sabtu (30/9/2023).
Janoe mengatakan hal itulah yang membuat banyaknya perusahaan multinasional belum berani menggunakan generative AI dari segi visual.
Lebih lanjut, Janoe juga mengungkapkan bisa saja gambar pribadi masyarakat yang diunggah di media sosial menjadi salah satu gambar referensi generative AI. Namun, Janoe mengungkapkan data yang diambil biasanya akan lebih luas daripada sekadar data gambar.
Menurutnya, dalam beberapa kasus, perilaku masyarakat juga dapat diambil datanya dan membuat kesadaran keamanan data semakin penting. Hal ini diperparah dengan publik yang kerap tidak sengaja untuk membagikan data pribadi tersebut.
“Yang justru bahaya adalah jika behavior data dibagikan secara tidak sengaja oleh publik dan itu tidak tahu bagaimana lalu lintas (data) di-crossing oleh pengguna second party data,” ujar Janoe.
Oleh karena itu, Janoe mengatakan masyarakat harus lebih peka pada keamanan data pribadi masing-masing. Masyarakat sebenarnya memiliki hak untuk menolak pemrosesan data mereka secara otomatis.
Selain itu, perusahaan juga harus dapat menginfokan para konsumen dengan cara inovatif terkait keamanan data dan persetujuan penggunaan data.
