Bisnis.com, KUPANG — Tenaga kesehatan di Puskesmas Camplong, Nusa Tenggara, berharap layanan internet gratis dari Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) dapat ditingkatkan kecepatan karena berdampak pada kualitas layanan kesehatan yang diberikan.
Penambahan bandwidth internet berbasis satelit berpeluang membuat masyarakat desa lebih semangat berobat ke puskesmas, jika kualitas layanan yang diberi cepat.
Diketahui, puskesmas yang teletak di Desa Kuimasi itu menggunakan layanan Akses Internet Bakti yang disuntikan dari Satelit Satria-1. Bandwidth atau lebar pita kecepatan internet yang diterima puskesmas hanya 4 Mbps untuk melayani masyarakat dan mengakses 3 - 4 aplikasi mandatori, termasuk untuk Cek Kesehatan Gratis yang menjadi program Presiden Prabowo Subianto.
Banyak aplikasi dan masyarakat yang dilayani membuat trafik data yang mengalir makin deras, sementara itu bandwidht yang disediakan tidak terlalu besar.
Pelaksana Harian (Plh) Kepala Puskesmas Camplong, Luisa Tecla C Soares mengatakan internet yang dihadirkan Bakti seperti 2 sisi koin. Pada satu sisi membantu mempercepat pelaporan data kesehatan ke pusat, tetapi sisi lain membuat pelayanan sedikit lambat karena bandwidht yang kecil dan terbatas.
Proses pemeriksaan pasien yang seharusnya berjalan cepat sering terhambat karena koneksi internet kurang optimal. Data pasien yang harus diinput langsung ke aplikasi sering mengalami loading lama, sehingga waktu pelayanan membengkak hingga dua kali lipat.
Baca Juga PREMIUM NOTES: Investor Kripto Menanjak, Obligasi Eximbank, hingga WIFI Kebut Internet Murah |
---|
“Biasanya 5-10 menit, bisa jadi 20 menit per pasien,” ungkap Tecla, Rabu (11/6/2025).
Akibat dari pelayanan yang kurang optimal, kata Tecla, beberapa pasien enggan datang kembali ke Puskesmas karena merasa pelayanan terlalu lama.
Untuk mengantisipasi, tenaga medis terpaksa menggunakan data internet pribadi agar proses input data lebih lancar.
Dia juga mengatakan bahwa internet yang cepat mengambil peranan penting dalam membantu menyukseskan program Cek Kesehatan Gratis. Karena untuk mengakses layanan harus masuk ke aplikasi terlebih dahulu.
Cek kesehatan penting karena kebiasaan masyarakat, baru datang ke Puskesmas jika sudah sakit parah dan tidak bisa bangun, sehingga keluarga harus mengantar. Padahal, deteksi dini penyakit seperti hipertensi, asam urat, dan kolesterol sangat penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Tetapi sekali lagi, kualitas layanan internet yang kurang optimal mengurangi minat.
“Cek kesehatan gratis itu penting untuk deteksi dini. Tapi masyarakat berpikir datang ke Puskesmas hanya membuang ongkos, padahal pengobatan dini bisa meningkatkan keselamatan,” tambahnya.
Dia mengatakan untuk menuju puskesmas masyarakat juga menghadapi mahalnya ongkos ojek. Karena Puskesmas Camplang berada 600 meter dari jalan raya utama dan jauh dari pemukiman, butuh ongkos besar untuk menuju puskesmas.
Untuk warga Desa Kioni, misalnya, biaya ojek pulang-pergi bisa mencapai Rp200.000 per orang. Hal ini membuat program cek kesehatan gratis kurang optimal, karena meski layanannya gratis, biaya transportasi tetap menjadi beban berat.
Di sisi lain, jumlah dokter juga terbatas. Dengan jumlah penduduk sekitar 27.000 jiwa, idealnya Puskesmas Camplong memiliki lima dokter sesuai standar Kementerian Kesehatan. Namun, saat ini hanya ada satu dokter yang bertugas.
Kondisi ini membuat layanan Puskesmas keliling pun tidak maksimal, karena dokter harus tetap standby di Puskesmas utama.
Untuk mengatasi masalah ini, puskesmas melakukan sosialisasi melalui media sosial dan edukasi agar masyarakat mau pergi cek kesehatan dan berobat ke puskesmas.
Puskesmas Camplong aktif melakukan sosialisasi melalui media sosial serta bekerja sama dengan gereja dan masjid. Edukasi tentang pentingnya cek kesehatan gratis terus digencarkan agar masyarakat lebih peduli terhadap deteksi dini penyakit.
Dia berharap kembali berharap kecepatan internet dapat membaik ke depan agar seluruh proses sosialisasi berjalan baik, pun dengan kualitas layanan yang diberikan kepada masyarakat di desa.