Internet Bakti Pangkas Waktu Laporan Kesehatan: dari 2 Minggu jadi 2 Menit

Leo Dwi Jatmiko
Rabu, 11 Juni 2025 | 16:24 WIB
Petugas Puskesmas Camplong, Kupang, memasukan data pasien melalui aplikasi. Satelit Satria-1 menjadi salah satu infrastruktur yang diandalkan dalam proses input data/ Bisnis.com - Leo Dwi Jatmiko
Petugas Puskesmas Camplong, Kupang, memasukan data pasien melalui aplikasi. Satelit Satria-1 menjadi salah satu infrastruktur yang diandalkan dalam proses input data/ Bisnis.com - Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Bisnis.com, KUPANG — Akses internet yang dihadirkan oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) berhasil mempercepat penyerahan data kesehatan dari Puskesmas Camplong ke Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Data yang awalnya masih bersifat fisik, butuh waktu pengiriman secara berjenjang hingga 2 minggu lamanya untuk sampai ke Kemenkes. Berkat internet Bakti kini cukup 2 menit saja.  

Plh Kepala Puskesmas Camplong Luisa Tecla C Soares menceritakan sebelum ada akses internet dari Bakti, pihak Puskesmas harus mengirim data ke pusat secara fisik.

Berdasarkan perhitungannya, butuh waktu hingga 2 minggu untuk mengirim berkas fisik dari Puskesmas Complang yang terletak di Desa Kuimasi, Kupang, hingga ke kantor pusat Kementerian Kesehatan. 

Waktu pelaporan yang panjang tersebut kemudian terpangkas secara signifikan menjadi hanya hitungan menit dengan kehadiran infrastruktur Akses Internet berbasis satelit milik Bakti. 

“Itu hanya untuk melaporkan saja, sangat lama,” kata Tecla dalam pertemuan dengan Bakti Komdigi, Rabu (11/6/2025). 

Tecla mengungkap penyerahan laporan perlu dilakukan agar data di pusat dengan di daerah sinkron, sehingga keputusan yang diambil oleh pemerintah pusat dalam meningkatkan kualitas kesehatan di daerah menjadi lebih tepat dan efektif. 

Dalam pertemuan tersebut Tecla juga berharap agar bandwidht atau kecepatan internet di tempatnya bekerja ditingkatkan. Bandwidht yang ada saat ini sangat sedikit, sedangkan aplikasi yang harus dijalankan sangat banyak. Alhasil, aplikasi berjalan lemot yang membuat pelayanan terhadap pasien menjadi terganggu. 

“Saat ini kualitas internet Bakti kurang optimal, internet lambat. Padahal semua laporan sudah lewat online,” kata 

Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama Bakti Fadhilah Mathar mengatakan kualitas layanan yang melambat disebabkan jumlah pengguna internet yang makin banyak di Puskesmas Complang. Di sisi lain, aplikasi yang dipakai juga makin berat dan bertambah. 

Untuk mengatasi hal ini, Bakti bakal meningkatkan kapasitas internet di Puskesmas Complang dari 4 Mbps menjadi 8 Mbps, dengan harapan layanan puskesmas berjalan lebih baik. 

“Peningkatan kapasitas bersifat gradual, ketika puskesmas sedang sepi atau tidak banyak pasien, kecepatan yang dikembalikan ke awal,” kata wanita yang akrab disapa Indah. 

Indah juga mengatakan kualitas internet turut dipengaruhi oleh kondisi kelistrikan. Makin stabil listrik, makin baik internet yang diberikan karena perangkat telekomunikasi membutuhkan dukungan listrik yang stabil agar tidak rusak. 

Sebelumnya, Bakti telah menyalurkan internet ke 27.805 titik di seluruh wilayah tertinggal di Indonesia. Melalui program Akses Internet (AI) puluhan ribu titik tersebut mendapat internet dari satelit Multifungsi Satria-1. 

Satelit Satria-1 merupakan satelit Geostasioner yang mengorbit pada ketinggian 36.000 kilometer di atas permukaan bumi. Satelit ini memiliki kapasitas 150 Gbps, dan menjadi satelit GEO dengan kapasitas terbesar di Indonesia saat ini.

Berdasarkan dokumen yang diterima Bisnis, sektor yang paling banyak mendapat manfaat dari Akses Internet Bakti adalah sektor pendidikan dengan 19.598 titik. Kemudian sektor pemerintahan (5.287 titik), sektor kesehatan (1.362 titik), pertahanan dan keamanan (455 titik), komunitas (394 titik), tempat ibadah (368 titik), pariwisata (132 titik), layanan bisnis (188 titik), dan transportasi publik (21 titik). 

Adapun berdasarkan wilayahnya, sebanyak 7.464 titik (26,85%) berada di Pulau Sumatra, Pulau Sulawesi sebanyak 4.816 titik (17,32%), Pulau Jawa sebanyak 4.738 titik (17,03%), Bali dan Nusa Tenggara sebanyak 3.857 titik (13,88%), Kalimantan sebanyak 3.791 titik (13,63%), Maluku sebanyak 1.514 titik (5,45%), dan terakhir Papua sebanyak 1.625 titik (5,84%). 

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper