Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) diminta menetapkan harga yang terjangkau pada lelang spektrum frekuensi 1,4 GHz. Tutupnya Bolt dapat jadi pelajaran.
Layanan internet 4G Bolt (Internux) di Indonesia resmi ditutup pada 28 Desember 2018. Penutupan ini dilakukan karena pemerintah mencabut izin frekuensi yang dimiliki Bolt.
Bolt sempat menunggak pembayaran Biaya Hak Penggunaan (BHP) spektrum frekuensi radio kepada negara dan tidak mampu membayar. Alhasil, pemerintah mencabut izin frekuensi 2,3 GHz untuk Bolt, PT First Media, dan PT Jasnita Telekomindo.
Pakar hukum sekaligus Dekan Fakultas Hukum Universitas Mitra Bangsa (UMIBA), Kamilov Sagala meminta kepada pemerintah untuk menetapkan tarif dasar frekuensi yang terjangkau.
Tarif yang terlalu mahal dinilai akan membebani perusahaan telekomunikasi sehingga mereka sulit untuk bernapas.
“Bagaimana frekuensi di lelang ternyata tinggi sekali nilainya. Akhirnya mereka jualnya juga yang tidak mampu dan akhirnya dikembalikan lagi,” kata Kamilov dalam agenda Morning Tech di Jakarta, Senin (24/2/2025).
Pengembalian jaringan tersebut, kata Kamilov membuat masalah lainnya. Karena ada Biaya Hak Penyelenggaraan Telekomunikasi atau BHP yang yang harus dibayarkan.
Namun, yang menjadi masalah apakah saat ini Bolt sudah membayarkan BHP tersebut atau belum ke pihak Komdigi.
“Karena ada uang yang belum dikembalikan. Dan pemilik frekuensi tidak mampu membayar kepada negara,” ujarnya.
Lebih lanjut, Kamilov menyoroti banyaknya Jartaplok atau Jaringan Tetap Lokal yang dapat berpartisipasi dalam seleksi 1,4 GHz.
Sehingga, akan banyak yang berminat untuk mendapatkan frekuensi 1,4 GHz dan Kamilov mengkhawatirkan kasus Bolt akan terulang.
“Ya ujung-ujungnya berjualan lagi. Kayak Bolt lagi nanti kasusnya,” ucap Kamilov.
Diketahui, Komdigi berencana mengalokasikan pita frekuensi 1,4 GHz untuk keperluan Broadband Wireless Access (BWA) atau layanan internet cepat tetap nirkabel. Komdigi menunggu masukan publik guna menyusun regulasi pemanfaatan seleksi tersebut.
BWA adalah teknologi khusus akses internet berkecepatan tinggi secara nirkabel (tanpa kabel) di area yang luas.
Beberapa teknologi yang termasuk dalam BWA antara lain Wi-Fi, WiMAX atau teknologi nirkabel jarak jauh yang dapat mencakup area yang lebih luas daripada Wi-Fi, 4G/5G, hingga satelit.
Hinet (Berca) dan Bolt adalah beberapa merek Wimax yang terkenal pada masanya. Keduanya akhirnya tutup karena tak mampu bersaing dan kesulitan modal.