Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menyebut perusahaan asal Rusia yaitu Yandex bakal berinvestasi di Indonesia. Perusahaan tersebut pada Februari 2024 menjual asetnya di negara asalnya akibat perang Ukraina vs Rusia.
Yandex sendiri merupakan perusahaan teknologi Rusia yang menyediakan berbagai layanan terkait internet, termasuk mesin pencari, peramban web, pemetaan web, komputasi awan, dan belanja daring.
Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria mengatakan banyak perusahaan luar negeri yang ingin berinvestasi di Indonesia, salah satunya Yandex.
“Iya banyak yang mau investasi di indonesia, salah satunya dari Yandex, ini follow up hubungan internasional kita dengan Rusia dengan China, Amerika, negara Eropa, banyak sekali yang berdatangan,” kata Nezar saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Senin (11/11/2024).
Terkait dengan nilai investasi Yandex di Indonesia, Nezar menuturkan belum mendapatkan jumlah pastinya.
Namun, dirinya menyebut bahwa Yandex tertarik untuk melakukan pembangunan infrastruktur digital di Indonesia. Salah satunya adalah membangun data center di Indonesia.
“Mereka juga tertarik bekerja sama pengembangan kecerdasan artifisial dan mereka juga tertarik berkolaborasi membina talenta digital,” ujarnya.
Di sisi lain Nezar melihat adanya minat perusahaan asing ingin berinvestasi di Indonesia dikarenakan pertumbuhan ekonomi indonesia dinilai cukup menjanjikan.
Sehingga, para perusahaan asing mulai tertarik untuk menjajaki kerjasama investasi di Indonesia pada bidang ekonomi digital. Meski demikian, Nezar menegaskan perusahaan asing yang berinvestasi di Indonesia harus mengikuti peraturan yang sudah ada.
“Kita sudah sampaikan bahwa kalau siapapun yang mau berinvestasi di Indonesia harus mematuhi aturan di sini,” ucap Nezar.
Jual Aset
Yandex, perusahaan teknologi asal Rusia, menyetujui untuk menjual asetnya senilai US$5,21 miliar atau Rp83,81 triliun (Kurs: Rp15.708) kepada konsorsium investor Rusia, yang di dalamnya juga terdapat perusahaan minyak Lukoil. Penjualan dilakukan imbas dari perang Rusia Ukraina yang berkepanjangan.
Sering disebut sebagai "Google-nya Rusia", perusahaan teknologi Yandex mengembangkan layanan online terkemuka, termasuk pencarian, periklanan, dan layanan pemesanan kendaraan, dan merupakan salah satu dari sedikit perusahaan Rusia yang berpotensi menjadi bisnis global hingga Moskow menginvasi Ukraina pada Februari 2022.
Dilansir dari CNA Senin (4/2/2024) kesepakatan tersebut membuat perusahaan teknologi terbesar di Rusia tersebut sepenuhnya berada di bawah kepemilikan Rusia. Dahulu perusahaan ini berada lingkaran teknologi Barat, dalam hal ini Yandex NV di Belanda.
Yandex dan Kremlin telah terlibat dalam negosiasi selama sekitar 18 bulan untuk mencoba memisahkan bisnis Yandex di Rusia dari perusahaan induknya di Belanda, Yandex NV.
Harga jual tersebut mencerminkan "diskon wajib minimal 50 persen terhadap 'nilai wajar'", kata Yandex NV. Pemerintah Rusia harus menyetujui kesepakatan yang melibatkan penjualan aset asing dan menuntut diskon minimal 50 persen.