Author

Moch Doddy Ariefianto

Dosen Binus University

Dia meraih gelar doktoral di bidang ekonomi dari Universitas Indonesia

Lihat artikel saya lainnya

OPINI : Bijak Menyikapi Chat GPT, Risiko dan Pemanfaatannya

Moch Doddy Ariefianto
Jumat, 25 Oktober 2024 | 10:15 WIB
Warga menunjukan aplikasi ChatGPT di Jakarta, Jumat (10/2/2023). Bisnis/Abdurachman
Warga menunjukan aplikasi ChatGPT di Jakarta, Jumat (10/2/2023). Bisnis/Abdurachman
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Salah satu terobosan teknologi terbesar di awal abad ke-21 adalah kelahiran Generative AI (sering disebut juga Large Language Model-LLM). Salah satu software generative AI yang paling populer adalah Chat GPT.

Chat GPT adalah model bahasa berbasis AI yang dikembangkan oleh OpenAI untuk memahami dan menghasilkan teks berdasarkan permintaan pengguna. GPT (Generative Pre-trained Transformer) menggunakan machine learning untuk mempelajari pola bahasa dari jutaan data teks, sehingga mampu memberikan jawaban yang relevan dan kontekstual dalam berbagai topik.

Sederhananya Chat GPT dapat menjawab pertanyaan “receh” seperti restoran yang disarankan buat makan siang hari ini hingga pertanyaan kelas “berat” seperti berapa nilai fair value suatu saham dengan model valuasi dan asumsi tertentu.

Tujuan utama Chat GPT adalah membantu pengguna dalam berbagai kebutuhan, seperti memberikan informasi, menyelesaikan tugas-tugas bahasa, serta berinteraksi secara alami dengan mesin.

Manfaat utama dari teknologi ini meliputi efisiensi dalam mengakses informasi, dukungan otomatis dalam berbagai sektor seperti layanan pelanggan dan pendidikan, serta potensi inovasi dalam bisnis. Terdapat beberapa aplikasi serupa Chat GPT seperti Microsoft’s Azure AI, Google Bard, dan Amazon Alexa.

Teknologi seperti Chat GPT memberikan dampak signifikan dalam peningkatan efisiensi dan produktivitas, yang pada akhirnya dapat berkontribusi pada ekonomi global. Dalam konteks bisnis, Chat GPT dapat mengurangi biaya operasional dengan mengotomatisasi layanan pelanggan, analisis data, dan pembuatan konten.

Essay yang saya tulis ini sangat terbantu oleh Chat GPT; kontribusi Chat GPT mencapai sekitar 60%. Peran saya terutama adalah memberikan prompting (kata kunci dan sistematika), reviu serta editing. Menulis artikel yang biasanya membutuhkan waktu 6—7 jam, menjadi cukup hanya 2 jam saja.

Menurut laporan McKinsey (2023), potensi ekonomi dari penerapan Generative AI dapat meningkatkan PDB global sebesar US$13 triliun pada 2030. Dalam skala yang lebih mikro, AI diharapkan dapat menghemat biaya hingga US$340 miliar per tahun melalui otomatisasi tugas-tugas manual di berbagai industri (Manyika et al., 2021).

Sebagai contoh, perbankan digital yang menggunakan AI dalam layanan pelanggan telah menunjukkan peningkatan efisiensi dan kepuasan pelanggan yang signifikan.

Seperti halnya teknologi lainnya, penggunaan Chat GPT juga membawa beberapa risiko, khususnya di Indonesia. Salah satu risiko utama adalah misinformasi atau penyebaran informasi yang tidak akurat. Karena Chat GPT belajar dari data yang diberikan, model ini dapat mengeluarkan jawaban yang tampak valid tetapi sebenarnya tidak akurat atau bias. Hal ini berpotensi membahayakan, terutama dalam konteks penyebaran informasi kesehatan atau berita. Ketidak akuratan ini telah menjadi isu yang sangat serius (Hicks et al, 2024 dan Derner et al, 2024)

Selain itu, risiko penyalahgunaan teknologi AI untuk tindakan penipuan atau manipulasi juga menjadi perhatian serius (Bdoor and Habes, 2024 dan Alawida et al, 2024). Penipuan digital makin meningkat dengan memanfaatkan teknologi canggih seperti chatbot. Jika tidak diawasi, Chat GPT dapat digunakan untuk menciptakan skenario penipuan yang lebih sulit dideteksi. Feurrigel et al (2024) serta Cheng dan Wu (2024), melakukan analisa potensi atas risiko penggantian pekerjaan di sektor-sektor tertentu khususnya di kalangan pekerja yang memiliki keterampilan rendah.

MEMATUHI STANDAR

Untuk mengatasi risiko dan memaksimalkan manfaat dari Chat GPT, diperlukan intervensi kebijakan yang proaktif dari pemerintah. Pertama, regulasi yang jelas terkait etika penggunaan AI sangat penting untuk menghindari penyalahgunaan teknologi.

Pemerintah perlu memastikan bahwa perusahaan yang menggunakan AI seperti Chat GPT mematuhi standar transparansi dan tanggung jawab, terutama dalam hal pengelolaan data dan privasi. Selain itu, pengembangan kerangka kerja hukum yang mendukung perlindungan pekerja dari dampak otomatisasi juga menjadi prioritas. Misalnya, program reskilling atau upskilling harus difasilitasi untuk membantu pekerja beradaptasi dengan perubahan yang dibawa oleh AI.

Pemerintah Indonesia juga perlu mendorong kolaborasi antara sektor publik dan swasta dalam penelitian dan pengembangan AI, sehingga inovasi yang lahir dapat lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perekonomian lokal.

Chat GPT menawarkan berbagai peluang dan tantangan yang perlu disikapi dengan bijak, baik dari sisi ekonomi, bisnis, sosial, maupun regulasi. Di satu sisi, teknologi ini dapat meningkatkan efisiensi, memperluas akses informasi, dan mendorong inovasi.

Namun, di sisi lain, risiko penyebaran misinformasi, penipuan, dan dampak terhadap pekerjaan juga tidak dapat diabaikan. Dengan kebijakan yang tepat, seperti regulasi etika AI dan program pelatihan untuk pekerja, Indonesia dapat memanfaatkan teknologi ini secara maksimal tanpa mengorbankan keamanan atau kesejahteraan masyarakat.

Pada akhirnya, keberhasilan dalam menyikapi Chat GPT terletak pada keseimbangan antara inovasi teknologi dan tanggung jawab sosial.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper