Dikabarkan Reuters sebelumnya, Temu berhasil masuk ke Vietnam dan Brunei pada pertengahan Oktober ini. Namun, kesiapan pada situs di Vietnam disebut belum 100% karena masih menggunakan Bahasa Inggris dan belum menyediakan bahasa Vietnam.
Temu di Vietnam juga baru menerima pembayaran melalui kartu kredit dan Google Pay, dan masih belum menerima pembayaran melalui dompet digital lokal.
Vietnam merupakan salah satu pasar e-commerce dengan pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara dengan pertumbuhan nilai barang dagangan kotor sebesar 53% tahun-ke-tahun (yoy) pada tahun lalu. Sementara Brunei memiliki salah satu standar hidup tertinggi di dunia.
Warga Vietnam sendiri menghabiskan US$3,4 miliar hanya pada kuartal tahun ini untuk berbelanja di empat platform e-commerce utama.
Shopee memimpin pasar dengan pangsa pasar 71,4%, diikuti oleh TikTok Shop dengan 22%, Lazada dengan 5,9%, dan Tiki, satu-satunya pemain lokal, dengan 0,7%.
Dengan kekhawatiran para pebisnis lokal Vietnam yang makin meningkat, agaknya langkah pemerintah Indonesia tepat untuk melarang Temu masuk ke Indonesia.
Sebelumnya, Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi, sempat mengatakan pada 1 Oktober untuk melarang Temu demi melindungi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar tidak terganggu.
Indonesia juga telah meminta Google dan Apple untuk memblokir Temu dari aplikasi mereka di Indonesia agar tidak bisa diunduh.