SKKL Rawan Putus, Askalsi Berharap Tata Kelola Laut Indonesia Ditingkatkan

Leo Dwi Jatmiko
Kamis, 22 Agustus 2024 | 17:31 WIB
Ilustrasi konentivitas internet/unsplash
Ilustrasi konentivitas internet/unsplash
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Penyelenggara Sistem Komunikasi Kabel Laut (Askalsi) berharap pemerintah memberikan data yang komprehensif perihal peta bawah laut Indonesia agar jaringan tulang punggung internet yang digelar lebih aman. Askalsi juga berharap tata kelola kelautan yang lebih terbuka.

Sugiharto (Toto) ketua bidang Restorasi & Facility Management Askalsi mengatakan permintaan penggelaran kabel laut internet terus mengalami pertumbuhan seiring dengan adopsi internet yang makin luas di masyakarat. 

Permintaan terpusat pada wilayah sekitar Pulau Jawa - Sumatra, Jawa Kalimantan dan Kalimantan - Sulawesi. Kabel yang masuk tersebut tidak hanya berasal dari Indonesia, juga dari luar negeri. 

Akibat dari tingginya permintaan penggelaran serat optik, ruang zonasi kabel menjadi makin rapat dan sempit, yang membuat risiko kabel putus makin besar. 

“Karena banyak yang masuk itu menjadi mepet, sangat dekat. Ini jadi risiko karena perbaikan itu 2x kedalaman air. Jika kabel digelar secara berdekatan kemungkinan akan putus, saat perbaikan kabel karena kabel lain ikut tertarik saat diangkat,” kata Sugiharto dalam diskusi forum Bisnis Indonesia Forum bertajuk ‘Sektor Telekomunikasi Dikepung Masalah, Bagaimana Arah Industri ke Depan’ di Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta, Rabu (21/8/2024).

Sugiharto menambahkan untuk menghindari kecelakaan putus kabel, Askalsi berharap pemerintah melakukan kajian terhadap kabel laut agar letak kabel pemail global dan lokal tidak saling berdekatan. 

Selain itu, kata Sugiharto, Askalsi juga berharap pemerintah dapat memberikan dukungan dengan memberikan area laut yang bersih dari rumpon atau alat bantu untuk menangkap ikan. 

Kabel serat optik bawah laut kerap mengalami gangguan karena tertarik oleh rumpon alat penampak ikan. Beberapa pemain merasakan hal ini khususnya yang memiliki kabel di wilayah sekitar Medan dan area Papua.

Ketua bidang Hubungan Antar Lembaga Askalsi Roger Pardede menambahkan permasalahan tidak berhenti saat kabel putus. Ketika pemain kabel laut ingin memperbaiki, kapal khusus perbaikan kabel sangat terbatas jumlahnya di Indonesia. 

Keterbatasan itu menjadi bencana karena waktu perbaikan kabel putus makin lama, yang berdampak pada kualitas layanan internet di dalam negeri. 

“Perbaikan terkadang memakan waktu berbulan-bulan. Untuk menggelar saja kami butuh waktu 1,5 tahun. Untuk perbaikan kadang juga harus menunggu lama,” kata Roger. 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper