Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia sedang dilanda isu fenomena megathrust. Fenomena yang juga dirasakan oleh Jepang ini sangatlah berbahaya, hingga dapat menyebabkan gempa besar dan tsunami.
Meskipun begitu, BMKG mengatakan jika masyarakat Indonesia tidak perlu khawatir dan dipersilakan untuk melanjutkan aktivitasnya.
Dilansir dari berbagai sumber, berikut fakta-fakta megathrust yang harus Anda ketahui:
1. Apa itu megathrust?
Kata megathrust berasal dari dua kata, yaitu mega–yang berarti besar–dan thrust–yang artinya sesar sungkup. Megathrust mengacu pada zona pertemuan antar-lempeng tektonik bumi yang berpotensi memicu gempa kuat dan dapat menimbulkan tsunami. Gempa ini terjadi di perbatasan pertemuan kerak benua dan kerak samudra. Kawasan yang termasuk dalam kategori megathrust tersebut diprediksi dapat 'pecah' berkali-kali dalam jeda waktu hingga ratusan tahun.
2. Lokasi megathrust di Indonesia
Apabila lempeng-lempeng bumi tersebut bergerak, kawasan megathrust dapat menjadi sumber gempa. Beberapa segmen zona megathrust di Indonesia di zona subduktif dapat dipicu di:
* Subduksi Sunda–termasuk Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba.
* Subduksi Banda
* Subduksi Lempeng Laut Maluku
* Subduksi Sulawesi
* Subduksi Lempeng Laut Filipina
* Subduksi Utara Papua.
Namun, Indonesia memiliki dua kawasan yang memiliki seismic gap cukup lama, yaitu di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut. Megathrust Selat Sunda sendiri memiliki magnitudo 8,7 dan megathrust Mentawai-Siberut memiliki magnitudo 8,9.
3. Fenomena lama yang muncul kembali
Menurut Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, potensi gempa megathrust bukanlah hal yang baru. Fenomena ini sudah ada bahkan sebelum tsunami Aceh pada tahun 2004 terjadi. BMKG menduga fenomena ini dapat terjadi karena adanya kekosongan gempa besar (seismic gap) yang sudah berlangsung selama ratusan tahun.
4. Seismic gap sudah berlangsung selama ratusan tahun
Seismic gap merupakan istilah untuk kawasan aktif tektonik yang sudah lama atau sangat jarang mengalami gempa bumi. Potensi gempa di zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut harus diwaspadai lantaran dapat melepaskan energi yang besar sewaktu-waktu. Gempa besar di Selat Sunda terakhir kali terjadi pada tahun 1757, sehingga seismic gap-nya adalah 267 tahun. Sementara itu, gempa besar di Mentawai-Siberut terakhir kali terjadi pada tahun 1797–dengan usia seismic gap selama 227 tahun.
5. Tidak ada kaitan langsung dengan gempa kuat Nankai
Pada 8 Agustus 2024 lalu, Jepang dilanda gempa yang memicu tsunami kecil. Seicmic gap dari gempa besar di Tunjaman Nankai sendiri telah menyentuh usia 78 tahun. Gempa dengan kekuatan 7,1 magnitudo tersebut berpusat di Nankai dan dikhawatirkan akan berdampak ke Indonesia. Meskipun sebenarnya potensi gempa di zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut tidak memiliki kaitan langsung dengan peristiwa Nankai, tetapi Indonesia tetap harus waspada.
6. Tinggal menunggu waktu, apa maksudnya?
BMKG menyebut gempa megathrust di dua wilayah Indonesia tersebut tinggal menunggu waktu. Hal tersebut bisa terjadi karena seismic gap di Indonesia telah berlangsung lebih lama–dibandingkan seismic gap di Nankai–sehingga mestinya Indonesia jauh lebih serius dalam menyiapkan berbagai upaya mitigasi.
Namun, bukan berarti dua wilayah tersebut akan segera dilanda gempa dalam waktu dekat. Maksud dari ungkapan ‘tinggal menunggu waktu' adalah karena semua segmen sumber gempa di sekitarnya sudah terjadi–semantara di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut belum terjadi hingga saat ini. (Rafi Abid Wibisono)