TikTok Ungkap 80% Penjualan Datang Dari Live Streaming, Pembeli Mau Lihat Langsung

Rika Anggraeni
Rabu, 17 Juli 2024 | 18:55 WIB
Pedagang memasarkan produk sepatu melalui siaran langsung platform penjualan daring di pasar Tanah Abang, Jakarta, Selasa (12/12/2023). Bisnis/Arief Hermawan P
Pedagang memasarkan produk sepatu melalui siaran langsung platform penjualan daring di pasar Tanah Abang, Jakarta, Selasa (12/12/2023). Bisnis/Arief Hermawan P
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Platform social commerce asal China, TikTok mengungkap bahwa sebanyak 80% penjualan bersumber dari fitur live streaming.

Seller Education Shop Tokopedia Shavira Artham mengatakan bahwa fitur live streaming bisa meningkatkan penjualan di TikTok. Sebab, jelas dia, audiens bisa berinteraksi dan melihat produk yang dijajakan penjual.

“Live streaming adalah tempat di mana penjual bisa mempromosikan produk secara real time, karena ternyata 80% penjualan itu datangnya dari live streaming, ternyata orang-orang lebih suka melihat langsung,” kata Shavira, Rabu (17/7/2024).

TikTok menyampaikan bahwa sebelum melakukan live streaming dibutuhkan sejumlah peralatan mulai dari microphone, display produk, koneksi internet, background, pencahayaan, dan smartphone.

Namun, Shavira menuturkan bahwa setidaknya ada tiga alat penting saat melakukan live streaming di TikTok, di antaranya smartphone, koneksi internet, dan produk. “Ini tiga hal utama sebelum penjual menjajakan produk,” jelasnya.

Adapun untuk melakukan live streaming setidaknya membutuhkan durasi 3–5 kali seminggu dengan durasi 6 jam per hari.

Selain itu, penjual juga harus mematuhi sejumlah pedoman konten saat melakukan live streaming di TikTok, yakni mulai dari tidak merokok, membuat konten pornografi, maupun SARA, hingga tidak menampilkan benda tajam atau benda berbahaya lainnya selama live streaming berlangsung.

“Yang paling sering terjadi adalah anak kecil muncul saat di live streaming, tidak diperbolehkan manekin tanpa busana, dan merokok saat live streaming. Itu sangat tidak disarankan,” jelasnya.

Perlu diketahui, TikTok memiliki kantor pusat di Los Angeles dan Singapura, serta kantor global di New York, London, Dublin, Paris, Berlin, Dubai, Jakarta, Seoul, dan Tokyo.

Berdasarkan data Statista, Indonesia merupakan negara dengan penonton TikTok terbesar pada April 2024, yakni hampir mencapai 127,5 juta pengguna. Pada periode yang sama, TikTok mampu mengantongi pendapatan penjualan hampir mencapai US$1,7 miliar atau sekitar Rp27,5 triliun (asumsi kurs Rp16.183 per dolar AS) di enam negara Asia Tenggara, dengan mayoritas sumbangan berasal dari Indonesia dan Thailand.

Berdasarkan laporan Southeast Asia eCommerce Outlook 2024 yang dirilis TMO Group, Thailand dan Indonesia menjadi pasar terbesar untuk platform TikTok di kawasan Asia Tenggara.

“Jika dilihat dari negara yang berbeda, Thailand dan Indonesia adalah dua pasar terbesar untuk TikTok e-commerce, masing-masing menyumbang 28% dan 26% dari penjualan,” demikian yang dikutip dari laporan tersebut, Selasa (16/7/2024).

Disusul, ada Vietnam sebesar 19%, Malaysia dan Filipina masing-masing sebesar 13%. Sementara itu, sumbangan pendapatan TikTok dari Singapura hanya 1%.

Menurut data eMarketer, Asia Tenggara menduduki peringkat pertama dalam tingkat pertumbuhan pasar e-commerce ritel global pada 2023 dengan tingkat pertumbuhan sebesar 18,6%.

Di samping itu, data Statista juga memperkirakan bahwa pada 2029, pasar e-commerce di Asia Tenggara akan mencapai sekitar US$191,2 miliar dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan sebesar 10,42% dari 2024–2029.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rika Anggraeni
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper